Invert Pro

Selamat Datang...

Invert Pro adalah template premium yang responsive dan SEO Friendly.

MULAIGabung

Rabu, 02 April 2014

PHINISI AJU TABU dan SENJA

"PHINISI AJU TABU' DAN SENJA"

Senja, dalam menatap sorot jinggamu yang berkilatan
phinisi aju tabu' kadang terdiam
seperti merayapi seluruh waktu yang gelisah
yang setiap detik menikam jiwa

terkadang, kala memanggilmu dalam diam
tergagap memandang cinta yang tak usang
walau mungkin makna meniada kau dapat
oleh sebab tanya yang selalu tertunda disampaikan

Senja, phinisi aju tabu' terayun-ayun ditengah nasibnya
menunggu fatamorgana yang menjelma pantai
benar-benar mewujud labuhan cahayamu
untuk segera bersandar di pangkuan jinggamu

Phinisi aju tabu', dalam jiwanya yang tak lagi bisa menawar
setiap penanda bagai tamu yang datang perlahan
dengan langkah-langkah hening hatinya getar bergumam ragu
tak mungkin Phinisi aju tabu' yang lapuk rapuh hampir tenggelam
menyatakan sebenar asa pada senja yg bertahta di ufuk langit ketujuh itu
bahkan, lebih baik tenggelam jika harus menjadi phinisi dengan mahkota di tiap ujung tiangnya dengan layar dari sutra merah hanya agar bisa merebut hati sang senja
itu bukanlah petuah samudra yang ditaklukkannya

Senja, seperti apa Phinisi aju tabu' dimatamu
telah bertahu-tahun berdiri terombang ambing menatapmu dengan wajah berjelaga.
To be continued....

*Salman al farizi, 2 april 2014

Minggu, 01 September 2013

Kau berikan Al-Qur'an

Malam itu semua berjalan seperti biasanya
tidak ada pemikiran tidak ada khayalan ataupun permintaan dalam sebentuk munajat.
jam menunjukkan 22:17 AM (kalo tidak salah), matapun mulai meminta haknya,
waktunya istirahat setelah seharian dengan kesibukan di kantor.
Tak lupa berwudhu, baca do'a lalu zzZZzzZZ( gak ngorok loh, hihi).
nah, dalam tidur yang lelap itu, sosokmu kembali menghampiri,
seperti mimpi jauh sebelumnya, dengan gaun(gamis) putih sosokmu tersenyum penuh cahaya,
ekhhemm, pernah gak mimpi seperti itu??hihi, kayaknya gak ada yah!!
mimpi ini lebih penuh tanya dari sebelumnya(bukan pemimpi ya, tapi benar benar bermimpi).
mimpi yang terlalu takut pikiranku memaknai, mimpi yang terlalu naif bagi lidahku menafsirnya.
sebuah mimpi yang entah dengan apa ia bisa menghiasi tidurku.
yaa, memimpi sosokmu menghampiri lalu memberiku Al Qur'an Al Karim lalu menyuruhku membaca membacanya.
tanganku pun menggapainya kemudian membacanya lalu engkaupun mendengarnya dengan tertunduk(hehee, ini bukan sinetron ya, ini real, 1001% real).
sebuah mimpi yang semakin menjadikanku bergelut dengan pertanyaan-pertanyaan yang semakin sulit mentadbirnya.
adakah bermakna agar lebih memperbanyak membacanya (perasaan rajin, uhhuk)??
adakah berarti diri ini jauh dari Al Qur'an (yang ini biarlah hanya Alloh dan diri ini yang tahu)!!
ataukah bermakna jika kaulah tulang rusuk yang tertakdir di lauhul mahfudz(yang ini sih ngarep, Aamiinin aja dah, hihihi).
sebuah mimpi yang membawaku pada sesuatu yang disebut "menunggu, mattajeng, whaiting sampai pada akhirnya semua tertampak jelas di hadapan Tuhan.
yaa, kita tunggu saja kelanjutan kisah ini (sok ditunggu-tunggu kisahnya,hihii GeeR High level), hahaa, kata sebagian orang siih, GeeR itu sehat (pantas kurus terus nih body, hihihi..
wassalam..


Senin, 22 Oktober 2012

Celakalah Orang Yang Sholat

Alkisah, ada seorang abid dari bani Israil. Dia banyak menghabiskan waktunya dengan beribadah kepada Tuhan di mihrabnya. Suatu hari dia melakukan safar, dan di tengah perjalanannya dia beristirahat sejenak. Ketika waktu shalat tiba, diapun beranjak untuk melaksanakan shalat. Sewaktu hendak memulai shalat, sang abid ini melihat dua orang anak laki-laki remaja sedang mempermainkan seekor ayam. Mereka mencabuti bulu ayam itu satu per satu. Kalau ayam itu bisa berbicara, lolongannya adalah teriakan minta tolong, tapi yang terdengar adalah suara kokokan yang tidak jelas maknanya.
Sang abid ini hanya tertegun sesaat, lalu kemudian melanjutkan niatnya. Menghadap ke kiblat dan dengan khusyuknya melaksanakan shalat, bermi'raj kepada Tuhannya.
Kedua anak tadi, setelah puas, meninggalkan ayam -yang tak bisa lagi mempertahankan hidupnya- begitu saja.
Belum juga sang abid menyelesaikan 'mi'raj'nya, tiba-tiba petir menggelegar dengan keras, angtin bertiup kencang, alam yang sebelumnya tampak cerah berubah drastis menjadi mendung dan kelabu. Terdengar suara yang bergemuruh dari langit, "Hai tanah tenggelamkan hamba yang durhaka ini, dia telah melakukan kedurhakaan yang sangat, celakalah dia...."
Tanah patuh dengan titah, bergetar keras dan tanpa ada waktu sedikit pun untuk sekedar menyadari apa yang terjadi, sang abid terhempas ke dalam tanah.
Kisah ini saya baca dalam buku kisah-kisah tentang shalat, saya terjemahkan secara lepas dari bahasa persia. Kisah ini menceritakan tentang seorang ahli ibadah yang ditenggelamkan Tuhan ke dalam tanah karena lebih asyik dengan ibadahnya sendiri, dan tidak memberikan pertolongan kepada ayam yang sebenarnya ia mampu melakukannya. Ayam yang dicabuti bulunya satu demi satu akhirnya mati tak tertolong. Tuhan menyebut abid ini sebagai orang yang durhaka, dan dilaknat sebagai orang yang celaka. Kitapun membaca dalam surah al-Maun tentang orang yang shalat tapi dalam pandangan Ilahi ia termasuk hamba-hamba yang celaka. Yakni orang yang dengan shalatnya tidak memberikan pengaruh kepada jiwanya untuk memberikan bantuan dan pertolongan kepada orang lain dengan sesuatu yang berguna. Begitupun abid pada kisah ini. Dalam konteks kekinian, dengan banyaknya orang yang dicabut hak-haknya, kebebasan dan kebahagiannya dirampas begitu saja oleh yang lebih berkuasa, apakah shalat-shalat yang kita lakukan memberikan pengaruh kepada jiwa kita untuk bisa memberikan pertolongan kepada mereka ? mereka bukan ayam yang dicabuti bulunya, mereka saudara-saudara kita, dari bangsa kita : manusia. Kalau kemurkaan Tuhan kepada abid yang tidak memberikan pertolongan kepada ayam yang dizalimi dengan menenggelamkannya ke dalam tanah, lalu kemurkaan yang bagaimana terhadap mereka yang berdiam diri saja melihat saudara-saudara mereka di zalimi ?
Teman saya dari Irak, pernah memperdengarkan sebuah hadits, katanya, di akhirat nanti semua orang merasa bersyukur kecuali satu golongan. Orang-orang mukmin bersyukur menjadi orang mukmin dan bukan hanya muslim. Orang-orang muslim bersyukur waktu di dunia tidak termasuk orang-orang kafir. Orang-orang kafir bersyukur tidak termasuk orang-orang munafik. Dan kaum munafikin bersyukur tidak termasuk golongan orang yang melalaikan shalat. Dan satu-satunya golongan yang meratap penuh penyesalan adalah mereka yang lalai dalam shalatnya. Hadits ini, sampai saat ini belum saya cek kesahihannya, namun kita bisa mengambil hikmah dari kutipan yang katanya hadits ini, bahwa Tuhan murka kepada mereka yang shalat namun lalai dengan keadaaan sekitarnya. Dan bukankah di sekitar kita, dengan mudah kita menemukan orang yang sulit menemukan makanan, karena hak-hak mereka dirampas dan dicabut ?

Selasa, 25 September 2012

Yaris Hancur Tertimpa Excavator

TRIBUNNEWS.COM, MAKASSAR - Mobil Toyota Yaris gepeng tertimpa excavator di Jl AP Pettarani, Makassar, Rabu (26/09/2012) pagi. Mobil berplat DD 1360 XF berwarna putih tersebut dikendarai wanita bernama Yani.
Kecelakaan tersebut terjadi persis di depan diler utama Ford Makassar atau berdekatan dengan Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sulsel dan kantor Inspektorat Sulsel.
"Kejadiannya tadi pagi. Saat ini jalanan masih macet," kata warga yang berada di lokasi kejadian, Radzidin, melalui pesan BlackBerry Messenger.
Radzidin yang berkantor di sekitar lokasi kejadian memasang foto kecelakaan itu sebagai gambar profil BlackBerry miliknya.
Menurut Ono, sapaan akrab Radzidin, pascakejadian tersebut pengendara mobil Yaris dalam kondisi baik.
Dalam beberapa pekan terakhir, excavator yang dipakai untuk proyek pelebaran Jl AP Pettarani tersebut terparkir di perempatan Jl Boulevard-Jl AP Pettarani. Pagi tadi, excavator tersebut rencananya dipindahkan dengan memakai truk tronton.
Saat akan dinaikkan ke tronton, excavator dengan bobot sekitar 20 ton itu jatuh dan menimpa mobil Toyota Yaris yang melintas. Belum diketahui persis penyebab jatuhnya escavator tersebut dari atas mobil tronton.
Akibat kejadian itu, mobil yang dikendarai Yani tersebut ringsek. Sedangkan, korban dikabarkan tidak mengalami luka serius.

Pimpinan Ahmadiyah Bertobat Ke Ajaran Islam

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI – Salah seorang tokoh jamaah Ahmadiyah Sukabumi, Zaenal Abidin, dan istrinya, Ny Pipih Sopiah, bertobat dan kembali ke ajaran Islam.

Keduanya membacakan ikrar kembali ke Islam di Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Sukabumi, Senin (24/9) pagi.

Abidin merupakan salah seorang pimpinan Ahmadiyah di Kampung Panjalu, Desa Warnasari, Kecamatan/Kabupaten Sukabumi.

Pada waktu menjadi pengikut Ahmadiyah, Abidin pernah bersengketa hukum dengan warga sekitar terkait kepemilikan masjid yang kini berhasil dikuasai oleh umat Islam.

Proses tobat salah seorang pimpinan Ahmadiyah ini dilakukan sebelum Abidin dan istrinya berangkat ke Tanah Suci untuk menunaikan ibadah haji.

Abidin dan istrinya mengucapkan ikrar dengan panduan dari Kepala Seksi (Kasi) Urusan Haji, Kemenag Kabupaten Sukabumi, Pardi Suhardian, dan pimpinan pondok pesantren (Ponpes) An Nidzom Sukabumi, KH Abdullah Muchtar.

Dalam kesempatan tersebut, Abidin dan Ny Pipih mengaku bertobat secara sukarela dan tanpa paksaan. “Saya sudah dari dulu ingin tobat,” ujar Ny Pipih, kepada wartawan ditemui seusai membaca ikrar kembali ke Islam.

Keinginannya untuk bertobat bukan karena alasan untuk dapat menunaikan ibadah haji. Namun menurut Pipih, ia dan suaminya bertobat secara sukarela dan tidak ada paksaan dari siapa pun. Sehingga ia merasa lega dan bahagia bisa tobat dan kembali ke ajaran Islam.

Sabtu, 22 September 2012

Pemuda Mushaf Dan Lautan

Pada suatu pagi, hari Jum'at di Iskandaria, saya berjalan-jalan menyusuri tepi pantai Iskandaria untuk menikmati semilir angin pantai. Saya mencari-cari tempat yang nyaman untuk duduk menghadap ke lautan lepas, seperti juga dilakukan oleh banyak pasangan muda suami-istri. Mereka tampak begitu asyik berada di tempat itu. Tangan mereka saling bergandengan dan mereka pun larut dalam perbincangan yang hangat. Dari jauh saya melihat seorang pemuda. Umurnya belum lebih dari tiga puluh tahun. Ia berjalan menuju ke arah yang berlawanan dengan arah langkahku. Dua matanya selalu melihat ke tanah dan tangan kanannya sesekali memegang jenggotnya yang panjang.

Saya melempar pandang ke sekitar, kudapati sekelompok orang yang duduk-duduk membelakangi laut. Kini di antara mereka ada seorang pemuda yang tampak sangat tenang dan berwibawa. Ketika mengetahui ada tempat yang kosong di tengahtengah orang banyak ini, ia pun menuju ke tempat itu lalu duduk. Tentu saja yang kaget bukan hanya saya, tetapi juga semua orang yang ada di situ. Kekagetan yang bercampur dengan perasaan tidak enak atas suasana ini, yang tidak pas dengan keberadaan anak muda itu di sini.

Pandanganku terus tertuju kepadanya sembari mencari kejelasan apa sesungguhnya yang la inginkan, atau minimal bagaimana reaksinya. Saya dapati wajahnya begitu dingin, tidak peduli dengan sekitarnya. Ia pun mulai mengeluarkan mushaf kecil dari jubahnya, dan tanpa memandang sekitar ia segera saja membacanya tanpa suara. Ia begitu asyik dan tak hirau dengan apa pun. Ia tidak memperhatikan kecuali dua hal: mushaf dan laut.

Saya menunggu sejenak  untuk mengetahui akhir dari fragmen itu. Mulailah saya menyaksikan dampaknya. Tangan-tangan yang bergandengan mulai lepas satu persatu, tubuh yang berdekatan mulai saling menjauh. Hanya itu, tanpa meninggalkan tempat tersebut. Seolah mereka mgin menunjukkan bahwa mereka tidak membenci keberadaan pemuda ltu, namun di saat yang sama mereka juga merasa malu atas apa yang mereka jalani. Mereka tidak lagi melanjutkan apa yang mereka lakukan tadi.

Sungguh, betapa dakwah dengan diam yang dilakukan pemuda itu jauh lebih kuat dampaknya dari kata-kata apa pun.


Dikutip dari Kitab At Tariq Ilal Quulub (karya Syaik Abbas Hasan As-Siisi

Kamis, 20 September 2012

Di Bunuh Lebih Baik Daripada Menghianati Saudaraku

Suatu hari al-Hajjaj memeriksa penjaranya. Ketika mendatangi seseorang ia berkata, “Apa kesalahanmu?”
Iamenjawab, “Semoga Allah memberikan kemaslahatan pada Amir. Petugas patroli menangkapku. Aku akan beri tahu engkau perihalku. Jika kebohongan bisa menyelamatkanku, maka kejujuran lebih bisa menjamin kepada keselamatan.”
Al-Hajjaj bertanya, “Bagaimana ceritamu bisa sampai di sini?”
Orang itu berkata, “Aku adalah saudara dari seorang laki-laki yang diutus Amir ke Khurrasan. Tanpa sadar, istrinya bertemu denganku. Suatu hari, istrinya mengutus seseorang untuk menyampaikan surat kepadaku yang isinya, ‘Ada surat dari saudaramu, mari kita baca bersama.’
Aku pun mendatanginya. Ia terus berbicara denganku sampai waktu Isya’, kemudian menyatakan keinginannya. Ia mengajakku berbuat mesum. Aku tidak mau. Ia berkata, engkau tidak mau melakukan, aku akan meneriakimu maling.’
Karena aku ngotot tidak mau, ia berteriak. Aku pun lari. Bagiku dibunuh lebih baik daripada mengkhianati saudaraku. Tiba-tiba aku bertemu dengan petugas patroli, lalu mereka menangkapku.” Al-Hajjaj tahu apa yang diceritakan itu benar, maka ia pun dibebaskan.”
 [Akhbaru an-Nisa', Ibnul Qoyyim hal.39]


Pemuda Itu Berkata Kepada Pelacur : Biarkanlah Aku Keluar, Kuberi Engkau Seratus Dinar

Al-Hasan berkata, “Adalah seorang perempuan lacur, tak seorang pun bisa menggagahinya kecuali dengan uang seratus dinar. Suatu ketika, seorang remaja ahli ibadah melihatnya. Ia pun terpesona. Maka, pergilah ia bekerja untuk mengumpulkan uang seratus dinar. Setelah itu, ia mendatanginya seraya berkata, ‘Engkau telah memesonaku. Aku pun bekerja supaya mengumpulkan uang seratus dinar.’ Perempuan itu berkata, ‘Masuklah!’ Pemuda itu masuk, sedangkan perempuan lacur itu duduk di atas ranjang emasnya. Ia berkata lembut, ‘Kemarilah..’
Ketika pemuda itu sudah begitu dekat dengan si perempuan, ia teringat akan posisinya di hadapan Allah. Seketika tubuhnya gemetar ketakutan. Seketika ia berkata, ‘Biarkan aku keluar, kuberi engkau seratus dinar.’ Perempuan itu berkata, ‘Ada apa denganmu?? Bukankah engkau yang bilang terpesona saat melihatku, kemudian engkau pergi bekerja supaya bisa mengumpulkan uang seratus dinar? Tetapi, setelah segala sesuatunya memungkinkan, mengapa engkau bertindak seperti ini?’ Pemuda itu menjawab, ‘Aku takut kepada Allah dan posisiku di hadapan-Nya. Aku benci diriku sendiri, dan engkau adalah orang yang paling kubenci.’
Perempuan itu berkata, jika engkau jujur, kuharap tidak ada orang lain yang menjadi suamiku selainmu.’ Pemuda itu meronta, ‘Biarkan aku keluar!’ Perempuan itu berusaha menahan, ‘Tidak, kecuali jika engkau bersedia memperistri aku.’ Pemuda itu berkata, ‘Tidak, sampai aku keluar.’ Perempuan itu bertanya,jika aku mendatangimu, apakah engkau bersedia menikah denganku?’ Pemuda itu menjawab, ‘Bisa jadi.’
Selanjutnya, pemuda itu menutup wajah dengan pakaiannya, lalu pulang ke daerahnya. Sementara itu, perempuan itu juga pergi meninggalkan dunianya dengan penuh penyesalan, sampai akhirnya ia tiba di daerah pemuda itu. la cari nama dan rumahnya, sampai kemudian ditemukan. Ada yang berkata pada pemuda itu, ‘Ada seorang ratu datang padamu.’ Melihat perempuan itu datang, pemuda itu jatuh pingsan, kemudian meregang nyawa.
Perempuan itu berkata, ‘Dia telah meninggalkanku. Apakah ia masih mempunyai kerabat?’ Orang-orang pada menjawab, ‘Dia punya saudara miskin.’ Perempuan itu berkata, ‘Aku akan menikah dengannya sebagai wujud kecintaanku pada saudaranya.’ Ia pun menikah dengan saudara pemuda itu.” [Kitab at-Tawwabin hal.957]


Sumber: Buku “Kisah Orang-Orang Shaleh Dalam Mendidik Anak”, Pustaka al Kautsar.
Artikel: www.kisahislam.net

Allah Telah Mengampuni Dosa Al-kifli

Al-Kifli adalah seorang pemuda Bani Israil, yang tak pernah lepas dari dunia maksiat. Suatu ketika ia tertarik dengan kecantikan seorang wanita. Lalu ia memberikan uang kepada wanita itu sebanyak 60 dinar.
Ketika dalam posisi sebagaimana seorang suami menggauli isterinya, tiba-tiba wanita itu gemetar. Al-Kifli bertanya, “Apakah aku memaksamu melakukan ini?” Wanita itu menjawab, “Tidak, hanya saja perbuatan ini belum pernah aku lakukan seumur hidupku. Aku lakukan ini semata-mata demi memenuhi kebutuhan hidupku.”
Al-Kifli berkata, “Berarti kamu takut kepada Allah untuk memenuhi ajakanku ini sementara aku tidak takut kepadaNya.” Kemudian al-Kifli meninggalkan wanita tersebut dan menghadiahkan uang tersebut kepadanya.
Ia berkata, “Al-Kifli tidak akan pernah bermaksiat lagi kepada Allah.” Pada malam hari itu ia mati sementara keesokan harinya di pintu rumahnya terdapat tulisan bahwa Allah telah mengampuni dosa al-Kifli. (Nurul Iqtibas, hal 36.)
 
 
 
 
Sumber : 99 Kisah Orang Shalih, penerbit Darul Haq
kisahislam.net

KIsah Ahli Taat Dan Ahli Maksiat

Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Pada zaman Bani Israil dahulu, hidup dua orang laki-laki yang berbeda karakternya. Yang satu suka berbuat dosa dan yang lainnya rajin beribadah. Setiap kali orang yang ahli ibadah ini melihat temannya berbuat dosa, ia menyarankan untuk berhenti dari perbuatan dosanya.
Suatu kali orang yang ahli ibadah berkata lagi, ‘Berhentilah dari berbuat dosa.’ Dia menjawab, ‘Jangan pedulikan aku, terse-rah Allah akan memperlakukan aku bagaimana. Memangnya engkau diutus Allah untuk mengawasi apa yang aku lakukan.’ Laki-laki ahli ibadah itu menimpali, ‘Demi Allah, dosamu tidak akan diampuni olehNya atau kamu tidak mungkin dimasukkan ke dalam surga Allah.’
Kemudian Allah mencabut nyawa kedua orang itu dan mengumpulkan keduanya di hadapan Allah Rabbul’Alamin. Allah ta’ala berfirman kepada lelaki ahli ibadah, ‘Apakah kamu lebih mengetahui daripada Aku? Ataukah kamu dapat merubah apa yang telah berada dalam kekuasaan tanganKu.’ Kemudian kepada ahli maksiat Allah berfirman, ‘Masuklah kamu ke dalam surga berkat rahmatKu.’ Sementara kepada ahli ibadah dikatakan, ‘Masukkan orang ini ke neraka’.” [1]




PELAJARAN YANG DAPAT DIPETIK:
1. Anjuran untuk senantiasa ber amar ma’ruf dan nahi munkar.
2. Hendaknya seseorang segera berhenti dari kemungkaran dan berlepas diri darinya saat diingatkan dan dilarang, dan hendaknya tidak meneruskan dosa itu dengan keras kepala dan sombong.
3. Larangan berputus asa dari ampunan Allah Yang Maha Penyayang.
4. Beratnya sangsi mengucapkan sesuatu atas nama Allah, tanpa didasari ilmu.
5. Luasnya rahmat Allah, Rabb seluruh alam.
6. Seseorang yang memastikan orang lain masuk surga atau neraka, berarti ia telah mengakui memiliki sifat ketuhanan.
7. Celaan kepada seseorang yang mengklaim dirinya sendiri sebagai hakim kebenaran.
[Sumber: Sittuna Qishshah Rawaha an-Nabi wash Shahabah al-Kiram, Muhammad bin Hamid Abdul Wahab, Edisi Indonesia, 61 KISAH PENGANTAR TIDUR Diriwayatkan Secara Shahih dari Rasulullah dan Para Sahabat, Pustaka Darul Haq, Jakarta] [www.alsofwah.or.id]

Kisah Tentang Berkah Sebuah Ketakwaan

Ada seorang pemuda yang bertakwa, tetapi dia sangat lugu. Suatu kali dia belajar pada seorang syaikh. Setelah lama menuntut ilmu, sang syaikh menasihati dia dan teman-temannya, “Kalian tidak boleh menjadi beban orang lain. Sesungguhnya, seorang alim yang menadahkan tangannya kepada orang-orang berharta, tak ada kebaikan dalam dirinya. Pergilah kalian semua dan bekerjalah dengan pekerjaan ayah kalian masing-masing. Sertakanlah selalu ketakwaan kepada Allah dalam menjalankan pekerjaan tersebut.”
Maka, pergilah pemuda tadi menemui ibunya seraya bertanya, “Ibu, apakah pekerjaan yang dulu dikerjakan ayahku?” Sambil bergetar ibunya menjawab, “Ayahmu sudah meninggal. Apa urusanmu dengan pekerjaan ayahmu?” Si pemuda ini terus memaksa agar diberitahu, tetapi si ibu selalu mengelak. Namun, akhirnya si ibu terpaksa angkat bicara juga, dengan nada jengkel dia berkata, “Ayahmu itu dulu seorang pencuri!”
Pemuda itu berkata, “Guruku memerintahkan kami -murid-muridnya- untuk bekerja seperti pekerjaan ayahnya dan dengan ketakwaan kepada Allah dalam menjalankan pekerjaan tersebut.”
Ibunya menyela, “Hai, apakah dalam pekerjaan mencuri itu ada ketakwaan?” Kemudian anaknya yang begitu polos menjawab, “Ya, begitu kata guruku.” Lalu dia pergi bertanya kepada orang-orang dan belajar bagaimana para pencuri itu melakukan aksinya. Sekarang dia mengetahui teknik mencuri. Inilah saatnya beraksi. Dia menyiapkan alat-alat mencuri, kemudian shalat Isya’ dan menunggu sampai semua orang tidur. Sekarang dia keluar rumah untuk menjalankan profesi ayahnya, seperti perintah sang guru (syaikh). Dimulailah dengan rumah tetangganya. Saat hendak masuk ke dalam rumah dia ingat pesan syaikhnya agar selalu bertakwa. Padahal mengganggu tetangga tidaklah termasuk takwa. Akhirnya, rumah tetangga itu di tinggalkannya. Ia lalu melewati rumah lain, dia berbisik pada dirinya, “Ini rumah anak yatim, dan Allah memperingatkan agar kita tidak memakan harta anak yatim.” Dia terus berjalan dan akhirnya tiba di rumah seorang pedagang kaya yang tidak ada penjaganya. Orang-orang sudah tahu bahwa pedagang ini memiliki harta yang melebihi kebutuhannya. “Ha, di sini,” gumamnya. Pemuda tadi memulai aksinya. Dia berusaha membuka pintu dengan kunci-kunci yang disiapkannya. Setelah berhasil masuk, rumah itu ternyata besar dan banyak kamarnya. Dia berkeliling di dalam rumah, sampai menemukan tempat penyimpanan harta. Dia membuka sebuah kotak, didapatinya emas, perak dan uang tunai dalam jumlah yang banyak. Dia tergoda untuk mengambilnya. Lalu dia berkata, “Eh, jangan, syaikhku berpesan agar aku selalu bertakwa. Barangkali pedagang ini belum mengeluarkan zakat hartanya. Kalau begitu, sebaiknya aku keluarkan zakatnya terlebih dahulu.”
Dia mengambil buku-buku catatan di situ dan menghidupkan lentera kecil yang dibawanya. Sambil membuka lembaran buku-buku itu dia menghitung. Dia memang pandai berhitung dan berpengalaman dalam pembukuan. Dia hitung semua harta yang ada dan memperkirakan berapa zakatnya. Kemudian dia pisahkan harta yang akan dizakatkan. Dia masih terus menghitung dan menghabiskan waktu berjam-jam. Saat menoleh, dia lihat fajar telah menyingsing. Dia berbicara sendiri, “Ingat takwa kepada Allah! Kau harus melaksanakan shalat dulu!” Kemudian dia keluar menuju ruang tengah rumah, lalu berwudhu di bak air untuk selanjutnya melakukan shalat sunnah. Tiba-tiba tuan rumah itu terbangun. Dilihatnya dengan penuh keheranan, ada lentera kecil yang menyala. Dia lihat pula kotak hartanya dalam keadaan terbuka dan ada orang sedang melakukan shalat. Isterinya bertanya, “Apa ini?” Dijawab suaminya, “Demi Allah, aku juga tidak tahu.” Lalu dia menghampiri pencuri itu, “Kurang ajar, siapa kau dan ada apa ini?” Si pencuri berkata, “Shalat dulu, baru bicara. Ayo, pergilah berwudhu, lalu shalat bersama. Tuan rumahlah yang berhak jadi imam.”
Karena khawatir pencuri itu membawa senjata si tuan rumah menuruti kehendaknya. Tetapi –wallahu a’lam- bagaimana dia bisa shalat. Selesai shalat dia bertanya, “Sekarang, coba ceritakan, siapa kau dan apa urusanmu?” Dia menjawab, “Saya ini pencuri.” “Lalu apa yang kau perbuat dengan buku-buku catatanku itu?”, tanya tuan rumah lagi. Si pencuri menjawab, “Aku menghitung zakat yang belum kau keluarkan selama enam tahun. Sekarang aku sudah menghitungnya dan juga sudah aku pisahkan agar kau dapat memberikannya pada orang yang berhak.” Hampir saja tuan rumah itu dibuat gila karena terlalu keheranan. Lalu dia berkata, “Hai, ada apa denganmu sebenarnya. Apa kau ini gila?” Mulailah si pencuri itu bercerita dari awal. Dan setelah tuan rumah itu mendengar ceritanya dan mengetahui ketepatan, serta kepandaiannya dalam menghitung, juga kejujuran kata-katanya, juga mengetahui manfaat zakat, dia pergi menemui isterinya. Mereka berdua dikaruniai seorang puteri. Setelah keduanya berbicara, tuan rumah itu kembali menemui si pencuri, kemudian berkata, “Bagaimana sekiranya kalau kau aku nikahkan dengan puteriku. Aku akan angkat engkau menjadi sekretaris dan juru hitungku. Kau boleh tinggal bersama ibumu di rumah ini. Kau kujadikan mitra bisnisku.” Ia menjawab, “Aku setuju.” Di pagi hari itu pula sang tuan rumah memanggil para saksi untuk acara akad nikah puterinya.


Sumber: Kisah-Kisah Nyata Tentang Nabi, Rasul, Sahabat, Tabi`in, Orang-orang Dulu dan Sekarang, karya Ibrahim bin Abdullah Al-Hazimi, penerjemah Ainul Haris Arifin, Lc.