tag:blogger.com,1999:blog-74461722015296091832024-02-18T19:50:18.887-08:00Salman Alfarizi_____________________________salman Alfarizihttp://www.blogger.com/profile/13607126945388373762noreply@blogger.comBlogger109125tag:blogger.com,1999:blog-7446172201529609183.post-27501919729111795522014-04-02T20:00:00.000-07:002014-04-02T20:00:13.686-07:00PHINISI AJU TABU dan SENJA<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiR2iptCJQiDHvRrF6UZj9ig58S4sj4UZeYLhAE8kESRbyjVx4zV6qD7dyPzca0IOIw6SB5-BRip0mRJJedRzfqaW0THKQbuk-a_0xGBUAFBbQyn_rrwJvA51xxj6fBz3ngUHEVTCKnIz-k/s1600/Sunda-K25.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiR2iptCJQiDHvRrF6UZj9ig58S4sj4UZeYLhAE8kESRbyjVx4zV6qD7dyPzca0IOIw6SB5-BRip0mRJJedRzfqaW0THKQbuk-a_0xGBUAFBbQyn_rrwJvA51xxj6fBz3ngUHEVTCKnIz-k/s1600/Sunda-K25.jpg" height="200" width="120" /></a><b>"PHINISI AJU TABU' DAN SENJA"</b></div>
<br />
Senja, dalam menatap sorot jinggamu yang berkilatan<br />
phinisi aju tabu' kadang terdiam<br />
seperti merayapi seluruh waktu yang gelisah<br />
yang setiap detik menikam jiwa <br />
<br />
terkadang, kala memanggilmu dalam diam<br />
tergagap memandang cinta yang tak usang<br />
walau mungkin makna meniada kau dapat<br />
oleh sebab tanya yang selalu tertunda disampaikan<br />
<br />
Senja, phinisi aju tabu' terayun-ayun ditengah nasibnya<br />
menunggu fatamorgana yang menjelma pantai<br />
benar-benar mewujud labuhan cahayamu<br />
untuk segera bersandar di pangkuan jinggamu<br />
<br />
Phinisi aju tabu', dalam jiwanya yang tak lagi bisa menawar<br />
setiap penanda bagai tamu yang datang perlahan<br />
dengan langkah-langkah hening hatinya getar bergumam ragu <br />
tak mungkin Phinisi aju tabu' yang lapuk rapuh hampir tenggelam<br />
menyatakan sebenar asa pada senja yg bertahta di ufuk langit ketujuh itu<br />
bahkan, lebih baik tenggelam jika harus menjadi phinisi dengan mahkota di tiap ujung tiangnya dengan layar dari sutra merah hanya agar bisa merebut hati sang senja<br />
itu bukanlah petuah samudra yang ditaklukkannya <br />
<br />
Senja, seperti apa Phinisi aju tabu' dimatamu<br />
telah bertahu-tahun berdiri terombang ambing menatapmu dengan wajah berjelaga.<br />
To be continued....<br />
<br />
*Salman al farizi, 2 april 2014 salman Alfarizihttp://www.blogger.com/profile/13607126945388373762noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7446172201529609183.post-65413967537587098452013-09-01T21:30:00.001-07:002013-09-01T21:46:59.748-07:00Kau berikan Al-Qur'anMalam itu semua berjalan seperti biasanya<br />
tidak ada pemikiran tidak ada khayalan ataupun permintaan dalam sebentuk munajat.<br />
jam menunjukkan 22:17 AM (kalo tidak salah), matapun mulai meminta haknya,<br />
waktunya istirahat setelah seharian dengan kesibukan di kantor.<br />
Tak lupa berwudhu, baca do'a lalu zzZZzzZZ( gak ngorok loh, hihi).<br />
nah, dalam tidur yang lelap itu, sosokmu kembali menghampiri,<br />
seperti mimpi jauh sebelumnya, dengan gaun(gamis) putih sosokmu tersenyum penuh cahaya,<br />
ekhhemm, pernah gak mimpi seperti itu??hihi, kayaknya gak ada yah!!<br />
mimpi ini lebih penuh tanya dari sebelumnya(bukan pemimpi ya, tapi benar benar bermimpi).<br />
mimpi yang terlalu takut pikiranku memaknai, mimpi yang terlalu naif bagi lidahku menafsirnya.<br />
sebuah mimpi yang entah dengan apa ia bisa menghiasi tidurku.<br />
yaa, memimpi sosokmu menghampiri lalu memberiku Al Qur'an Al Karim lalu menyuruhku membaca membacanya.<br />
tanganku pun menggapainya kemudian membacanya lalu engkaupun mendengarnya dengan tertunduk(hehee, ini bukan sinetron ya, ini real, 1001% real).<br />
sebuah mimpi yang semakin menjadikanku bergelut dengan pertanyaan-pertanyaan yang semakin sulit mentadbirnya.<br />
adakah bermakna agar lebih memperbanyak membacanya (perasaan rajin, uhhuk)??<br />
adakah berarti diri ini jauh dari Al Qur'an (yang ini biarlah hanya Alloh dan diri ini yang tahu)!!<br />
ataukah bermakna jika kaulah tulang rusuk yang tertakdir di lauhul mahfudz(yang ini sih ngarep, Aamiinin aja dah, hihihi).<br />
sebuah mimpi yang membawaku pada sesuatu yang disebut "menunggu, mattajeng, whaiting sampai pada akhirnya semua tertampak jelas di hadapan Tuhan.<br />
yaa, kita tunggu saja kelanjutan kisah ini (sok ditunggu-tunggu kisahnya,hihii GeeR High level), hahaa, kata sebagian orang siih, GeeR itu sehat (pantas kurus terus nih body, hihihi..<br />
wassalam..<br />
<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg343V6Q3_mgAFHT_etr7n3w6i-rv69vfKGibweEZKD2D7MpUpCXdpB0w4hF8Fb1nStOnJdgT3b58l9E1rNKxqevGGJ5mBbDnj6igcD0OYtUAQKUGRLg9Y3rKzFvVpFqhBiyoO-mmNDa1HX/s1600/images.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg343V6Q3_mgAFHT_etr7n3w6i-rv69vfKGibweEZKD2D7MpUpCXdpB0w4hF8Fb1nStOnJdgT3b58l9E1rNKxqevGGJ5mBbDnj6igcD0OYtUAQKUGRLg9Y3rKzFvVpFqhBiyoO-mmNDa1HX/s1600/images.jpg" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
salman Alfarizihttp://www.blogger.com/profile/13607126945388373762noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7446172201529609183.post-53786365066286050032012-10-22T18:57:00.001-07:002012-10-22T18:57:54.238-07:00Celakalah Orang Yang Sholat<div align="justify" class="fullpost">
Alkisah, ada seorang abid dari
bani Israil. Dia banyak menghabiskan waktunya dengan beribadah kepada
Tuhan di mihrabnya. Suatu hari dia melakukan safar, dan di tengah
perjalanannya dia beristirahat sejenak. Ketika waktu shalat tiba, diapun
beranjak untuk melaksanakan shalat. Sewaktu hendak memulai shalat, sang
abid ini melihat dua orang anak laki-laki remaja sedang mempermainkan
seekor ayam. Mereka mencabuti bulu ayam itu satu per satu. Kalau ayam
itu bisa berbicara, lolongannya adalah teriakan minta tolong, tapi yang
terdengar adalah suara kokokan yang tidak jelas maknanya. </div>
<div align="justify" class="fullpost">
Sang abid ini hanya tertegun
sesaat, lalu kemudian melanjutkan niatnya. Menghadap ke kiblat dan
dengan khusyuknya melaksanakan shalat, bermi'raj kepada Tuhannya. </div>
<div align="justify" class="fullpost">
Kedua anak tadi, setelah puas, meninggalkan ayam -yang tak bisa lagi mempertahankan hidupnya- begitu saja. </div>
<div align="justify" class="fullpost">
Belum juga sang abid menyelesaikan
'mi'raj'nya, tiba-tiba petir menggelegar dengan keras, angtin bertiup
kencang, alam yang sebelumnya tampak cerah berubah drastis menjadi
mendung dan kelabu. Terdengar suara yang bergemuruh dari langit, "Hai
tanah tenggelamkan hamba yang durhaka ini, dia telah melakukan
kedurhakaan yang sangat, celakalah dia...."</div>
<div align="justify" class="fullpost">
Tanah patuh dengan titah, bergetar
keras dan tanpa ada waktu sedikit pun untuk sekedar menyadari apa yang
terjadi, sang abid terhempas ke dalam tanah. </div>
<div align="justify" class="fullpost">
Kisah ini saya baca dalam buku
kisah-kisah tentang shalat, saya terjemahkan secara lepas dari bahasa
persia. Kisah ini menceritakan tentang seorang ahli ibadah yang
ditenggelamkan Tuhan ke dalam tanah karena lebih asyik dengan ibadahnya
sendiri, dan tidak memberikan pertolongan kepada ayam yang sebenarnya ia
mampu melakukannya. Ayam yang dicabuti bulunya satu demi satu akhirnya
mati tak tertolong. Tuhan menyebut abid ini sebagai orang yang durhaka,
dan dilaknat sebagai orang yang celaka. Kitapun membaca dalam surah
al-Maun tentang orang yang shalat tapi dalam pandangan Ilahi ia termasuk
hamba-hamba yang celaka. Yakni orang yang dengan shalatnya tidak
memberikan pengaruh kepada jiwanya untuk memberikan bantuan dan
pertolongan kepada orang lain dengan sesuatu yang berguna. Begitupun
abid pada kisah ini. Dalam konteks kekinian, dengan banyaknya orang yang
dicabut hak-haknya, kebebasan dan kebahagiannya dirampas begitu saja
oleh yang lebih berkuasa, apakah shalat-shalat yang kita lakukan
memberikan pengaruh kepada jiwa kita untuk bisa memberikan pertolongan
kepada mereka ? mereka bukan ayam yang dicabuti bulunya, mereka
saudara-saudara kita, dari bangsa kita : manusia. Kalau kemurkaan Tuhan
kepada abid yang tidak memberikan pertolongan kepada ayam yang dizalimi
dengan menenggelamkannya ke dalam tanah, lalu kemurkaan yang bagaimana
terhadap mereka yang berdiam diri saja melihat saudara-saudara mereka di
zalimi ?</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgFLGudbGkUW0phDCFcpq4Mca6qqX4VzVIdMz0vAZ0LmHMwNu4ZBpY6vcarywZoiWgnRSz_mKOZEKpTBglQADSs8gBoM0gNeIWBTvF5TnU-pqVqZa66NibKyLpcVb05kvRDxJ17o_6m0OBc/s1600/celakaages.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgFLGudbGkUW0phDCFcpq4Mca6qqX4VzVIdMz0vAZ0LmHMwNu4ZBpY6vcarywZoiWgnRSz_mKOZEKpTBglQADSs8gBoM0gNeIWBTvF5TnU-pqVqZa66NibKyLpcVb05kvRDxJ17o_6m0OBc/s1600/celakaages.jpg" /></a></div>
<div align="justify" class="fullpost">
Teman saya dari Irak, pernah
memperdengarkan sebuah hadits, katanya, di akhirat nanti semua orang
merasa bersyukur kecuali satu golongan. Orang-orang mukmin bersyukur
menjadi orang mukmin dan bukan hanya muslim. Orang-orang muslim
bersyukur waktu di dunia tidak termasuk orang-orang kafir. Orang-orang
kafir bersyukur tidak termasuk orang-orang munafik. Dan kaum munafikin
bersyukur tidak termasuk golongan orang yang melalaikan shalat. Dan
satu-satunya golongan yang meratap penuh penyesalan adalah mereka yang
lalai dalam shalatnya. Hadits ini, sampai saat ini belum saya cek
kesahihannya, namun kita bisa mengambil hikmah dari kutipan yang katanya
hadits ini, bahwa Tuhan murka kepada mereka yang shalat namun lalai
dengan keadaaan sekitarnya. Dan bukankah di sekitar kita, dengan mudah
kita menemukan orang yang sulit menemukan makanan, karena hak-hak mereka
dirampas dan dicabut ?</div>
salman Alfarizihttp://www.blogger.com/profile/13607126945388373762noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7446172201529609183.post-44320253883205127702012-09-25T22:24:00.001-07:002012-09-25T22:24:18.142-07:00Yaris Hancur Tertimpa Excavator<strong>TRIBUNNEWS.COM, MAKASSAR</strong> - Mobil Toyota Yaris gepeng
tertimpa excavator di Jl AP Pettarani, Makassar, Rabu (26/09/2012)
pagi. Mobil berplat DD 1360 XF berwarna putih tersebut dikendarai wanita
bernama Yani.<br />
Kecelakaan tersebut terjadi persis di depan diler
utama Ford Makassar atau berdekatan dengan Kantor Komisi Pemilihan Umum
(KPU) Sulsel dan kantor Inspektorat Sulsel.<br />
"Kejadiannya tadi
pagi. Saat ini jalanan masih macet," kata warga yang berada di lokasi
kejadian, Radzidin, melalui pesan BlackBerry Messenger.<br />
Radzidin yang berkantor di sekitar lokasi kejadian memasang foto kecelakaan itu sebagai gambar profil BlackBerry miliknya.<br />
Menurut Ono, sapaan akrab Radzidin, pascakejadian tersebut pengendara mobil Yaris dalam kondisi baik.<br />
Dalam
beberapa pekan terakhir, excavator yang dipakai untuk proyek pelebaran
Jl AP Pettarani tersebut terparkir di perempatan Jl Boulevard-Jl AP
Pettarani. Pagi tadi, excavator tersebut rencananya dipindahkan dengan
memakai truk tronton.<br />
Saat akan dinaikkan ke tronton, excavator
dengan bobot sekitar 20 ton itu jatuh dan menimpa mobil Toyota Yaris
yang melintas. Belum diketahui persis penyebab jatuhnya escavator
tersebut dari atas mobil tronton.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1es0p-RgnTg1xjXyTMF7y2-EaqiSR6HJLyal3p4nBn2UqruuWp7vKWI_MWUkF6Yu3KgrCSnhFJ2UZySn5OeS8xrlxG-C-KXPrCLdKGGisnNGG-kazWy2PaYg_mjj2uYUxOqzX3chPvmIV/s1600/Mobil-Yaris-tertimpa-Excavator.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="198" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1es0p-RgnTg1xjXyTMF7y2-EaqiSR6HJLyal3p4nBn2UqruuWp7vKWI_MWUkF6Yu3KgrCSnhFJ2UZySn5OeS8xrlxG-C-KXPrCLdKGGisnNGG-kazWy2PaYg_mjj2uYUxOqzX3chPvmIV/s320/Mobil-Yaris-tertimpa-Excavator.jpg" width="320" /></a></div>
Akibat kejadian itu, mobil yang dikendarai Yani tersebut ringsek. Sedangkan, korban dikabarkan tidak mengalami luka serius.salman Alfarizihttp://www.blogger.com/profile/13607126945388373762noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7446172201529609183.post-8114746220658200792012-09-25T22:04:00.000-07:002012-09-25T22:04:08.499-07:00Pimpinan Ahmadiyah Bertobat Ke Ajaran Islam<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-Jaw8CMp_vZPAeZQyyYYDpmjKNYIfgo1XyLMKJ6gshLQXhdSolh1a_e0hlqa0__7jY7_2yN2UEqDemycI6YRL5_bhYZgCGfhlvdXMxcDt4YKB9nKt41eISEEMeH19ti8enSAgjFBEWjD1/s1600/images.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-Jaw8CMp_vZPAeZQyyYYDpmjKNYIfgo1XyLMKJ6gshLQXhdSolh1a_e0hlqa0__7jY7_2yN2UEqDemycI6YRL5_bhYZgCGfhlvdXMxcDt4YKB9nKt41eISEEMeH19ti8enSAgjFBEWjD1/s1600/images.jpg" /></a></div>
REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI – Salah seorang tokoh jamaah Ahmadiyah
Sukabumi, Zaenal Abidin, dan istrinya, Ny Pipih Sopiah, bertobat dan
kembali ke ajaran Islam. <br /><br />Keduanya membacakan ikrar kembali ke Islam di Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Sukabumi, Senin (24/9) pagi.<br /><br />Abidin merupakan salah seorang pimpinan Ahmadiyah di Kampung Panjalu, Desa Warnasari, Kecamatan/Kabupaten Sukabumi. <br /><br />Pada
waktu menjadi pengikut Ahmadiyah, Abidin pernah bersengketa hukum
dengan warga sekitar terkait kepemilikan masjid yang kini berhasil
dikuasai oleh umat Islam.<br /><br />Proses tobat salah seorang pimpinan
Ahmadiyah ini dilakukan sebelum Abidin dan istrinya berangkat ke Tanah
Suci untuk menunaikan ibadah haji. <br /><br />Abidin dan istrinya
mengucapkan ikrar dengan panduan dari Kepala Seksi (Kasi) Urusan Haji,
Kemenag Kabupaten Sukabumi, Pardi Suhardian, dan pimpinan pondok
pesantren (Ponpes) An Nidzom Sukabumi, KH Abdullah Muchtar.<br /><br />Dalam
kesempatan tersebut, Abidin dan Ny Pipih mengaku bertobat secara
sukarela dan tanpa paksaan. “Saya sudah dari dulu ingin tobat,” ujar Ny
Pipih, kepada wartawan ditemui seusai membaca ikrar kembali ke Islam. <br /><br />Keinginannya
untuk bertobat bukan karena alasan untuk dapat menunaikan ibadah haji.
Namun menurut Pipih, ia dan suaminya bertobat secara sukarela dan tidak
ada paksaan dari siapa pun. Sehingga ia merasa lega dan bahagia bisa
tobat dan kembali ke ajaran Islam. salman Alfarizihttp://www.blogger.com/profile/13607126945388373762noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7446172201529609183.post-42387095272574387122012-09-22T01:42:00.001-07:002012-09-22T01:42:45.137-07:00Pemuda Mushaf Dan Lautan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEho2tbILZWqDkWW8QVes4CFLmMDOCTXPvlfFx7q71fKN1skBnwAu-5BgLIIxD1gg8WwNMW_MEIS8NJJu9pGCz8l4SPN6sAC0vwgsRoW6riUlzHATwQeLIBUOuT8HMlzBhq8E1T4wZUDjclJ/s1600/images.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEho2tbILZWqDkWW8QVes4CFLmMDOCTXPvlfFx7q71fKN1skBnwAu-5BgLIIxD1gg8WwNMW_MEIS8NJJu9pGCz8l4SPN6sAC0vwgsRoW6riUlzHATwQeLIBUOuT8HMlzBhq8E1T4wZUDjclJ/s1600/images.jpg" /></a></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: TimesNewRomanPSMT; font-size: 11.5pt;">Pada
suatu pagi, hari Jum'at di Iskandaria, saya berjalan-jalan menyusuri tepi
pantai Iskandaria untuk menikmati semilir angin pantai. Saya mencari-cari tempat
yang nyaman untuk duduk menghadap ke lautan lepas, seperti juga dilakukan oleh
banyak pasangan muda suami-istri. Mereka tampak begitu asyik berada di tempat
itu. Tangan mereka saling bergandengan dan mereka pun larut dalam perbincangan
yang hangat. Dari jauh saya melihat seorang pemuda. Umurnya belum lebih dari
tiga puluh tahun. Ia berjalan menuju ke arah yang berlawanan dengan arah
langkahku. Dua matanya selalu melihat ke tanah dan tangan kanannya sesekali
memegang jenggotnya yang panjang.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: TimesNewRomanPSMT; font-size: 11.5pt;">Saya
melempar pandang ke sekitar, kudapati sekelompok orang yang duduk-duduk
membelakangi laut. Kini di antara mereka ada seorang pemuda yang tampak sangat
tenang dan berwibawa. Ketika mengetahui ada tempat yang kosong di tengahtengah
orang banyak ini, ia pun menuju ke tempat itu lalu duduk. Tentu saja yang kaget
bukan hanya saya, tetapi juga semua orang yang ada di situ. Kekagetan yang
bercampur dengan perasaan tidak enak atas suasana ini, yang tidak pas dengan
keberadaan anak muda itu di sini.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: TimesNewRomanPSMT; font-size: 11.5pt;">Pandanganku
terus tertuju kepadanya sembari mencari kejelasan apa sesungguhnya yang la
inginkan, atau minimal bagaimana reaksinya. Saya dapati wajahnya begitu dingin,
tidak peduli dengan sekitarnya. Ia pun mulai mengeluarkan mushaf kecil dari
jubahnya, dan tanpa memandang sekitar ia segera saja membacanya tanpa suara. Ia
begitu asyik dan tak hirau dengan apa pun. Ia tidak memperhatikan kecuali dua
hal: mushaf dan laut.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: TimesNewRomanPSMT; font-size: 11.5pt;">Saya
menunggu sejenak untuk mengetahui akhir dari fragmen itu. Mulailah saya
menyaksikan dampaknya. Tangan-tangan yang bergandengan mulai lepas satu persatu,
tubuh yang berdekatan mulai saling menjauh. Hanya itu, tanpa meninggalkan tempat
tersebut. Seolah mereka mgin menunjukkan bahwa mereka tidak membenci keberadaan
pemuda ltu, namun di saat yang sama mereka juga merasa malu atas apa yang mereka
jalani. Mereka tidak lagi melanjutkan apa yang mereka lakukan tadi. </span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: TimesNewRomanPSMT; font-size: 11.5pt;">Sungguh,
betapa dakwah dengan diam yang dilakukan pemuda itu jauh lebih kuat dampaknya
dari kata-kata apa pun.</span></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<span style="color: black; font-family: TimesNewRomanPSMT; font-size: 11.5pt;">Dikutip dari Kitab At Tariq Ilal Quulub (karya Syaik Abbas Hasan As-Siisi </span></div>
salman Alfarizihttp://www.blogger.com/profile/13607126945388373762noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7446172201529609183.post-64184402882750899322012-09-20T22:59:00.001-07:002012-09-20T22:59:14.319-07:00Di Bunuh Lebih Baik Daripada Menghianati Saudaraku<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh77Msa4DPsChipzKafuyi4NVNmjMF4bmUW65OGiF-_wOHmQZv9PA0YEpi2k1bIeNpmLapiPOdGWZuxH-ZEDkgdzrCO6_BgIxZcZrYNyDIK7-As8hTVWlWxSEY-wrGI6qKp5lUzOUKVLXcz/s1600/images.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh77Msa4DPsChipzKafuyi4NVNmjMF4bmUW65OGiF-_wOHmQZv9PA0YEpi2k1bIeNpmLapiPOdGWZuxH-ZEDkgdzrCO6_BgIxZcZrYNyDIK7-As8hTVWlWxSEY-wrGI6qKp5lUzOUKVLXcz/s1600/images.jpg" /></a></div>
Suatu hari al-Hajjaj memeriksa penjaranya. Ketika mendatangi seseorang ia berkata, “Apa kesalahanmu?”<br />
Iamenjawab, “Semoga Allah memberikan kemaslahatan pada Amir. Petugas
patroli menangkapku. Aku akan beri tahu engkau perihalku. Jika
kebohongan bisa menyelamatkanku, maka kejujuran lebih bisa menjamin
kepada keselamatan.”<br />
Al-Hajjaj bertanya, “Bagaimana ceritamu bisa sampai di sini?”<br />
Orang itu berkata, “Aku adalah saudara dari seorang laki-laki yang
diutus Amir ke Khurrasan. Tanpa sadar, istrinya bertemu denganku. Suatu
hari, istrinya mengutus seseorang untuk menyampaikan surat kepadaku yang
isinya, ‘Ada surat dari saudaramu, mari kita baca bersama.’<br />
Aku pun mendatanginya. Ia terus berbicara denganku sampai waktu
Isya’, kemudian menyatakan keinginannya. Ia mengajakku berbuat mesum.
Aku tidak mau. Ia berkata, engkau tidak mau melakukan, aku akan
meneriakimu maling.’<br />
Karena aku ngotot tidak mau, ia berteriak. Aku pun lari. Bagiku
dibunuh lebih baik daripada mengkhianati saudaraku. Tiba-tiba aku
bertemu dengan petugas patroli, lalu mereka menangkapku.” Al-Hajjaj tahu
apa yang diceritakan itu benar, maka ia pun dibebaskan.”<br />
[Akhbaru
an-Nisa', Ibnul Qoyyim hal.39]<br />
<br />
<br />
<div align="justify">
Artikel: <a href="http://www.kisahislam.net/" rel="nofollow nofollow" target="_blank">www.kisahislam.net</a></div>
salman Alfarizihttp://www.blogger.com/profile/13607126945388373762noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7446172201529609183.post-83932849308555698902012-09-20T22:54:00.001-07:002012-09-20T22:54:40.428-07:00Pemuda Itu Berkata Kepada Pelacur : Biarkanlah Aku Keluar, Kuberi Engkau Seratus Dinar<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNP120Jdstq0F7sA6JTuli3XLAALy0LZB_RNsuqmz0Qhu7X0nMh5korhlqmLuGkfU0XmjfhFgLY9-09g0uKnoVXf1GyiekqcVNHyJ_TrGRUNg-8e9vrmr9PEt38qt7al0I7p0IAyhkNc7x/s1600/images.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNP120Jdstq0F7sA6JTuli3XLAALy0LZB_RNsuqmz0Qhu7X0nMh5korhlqmLuGkfU0XmjfhFgLY9-09g0uKnoVXf1GyiekqcVNHyJ_TrGRUNg-8e9vrmr9PEt38qt7al0I7p0IAyhkNc7x/s1600/images.jpg" /></a></div>
Al-Hasan berkata, “Adalah seorang perempuan lacur, tak seorang pun
bisa menggagahinya kecuali dengan uang seratus dinar. Suatu ketika,
seorang remaja ahli ibadah melihatnya. Ia pun terpesona. Maka, pergilah
ia bekerja untuk mengumpulkan uang seratus dinar. Setelah itu, ia
mendatanginya seraya berkata, ‘Engkau telah memesonaku. Aku pun bekerja
supaya mengumpulkan uang seratus dinar.’ Perempuan itu berkata,
‘Masuklah!’ Pemuda itu masuk, sedangkan perempuan lacur itu duduk di
atas ranjang emasnya. Ia berkata lembut, ‘Kemarilah..’<br />
Ketika pemuda itu sudah begitu dekat dengan si perempuan, ia teringat
akan posisinya di hadapan Allah. Seketika tubuhnya gemetar ketakutan.
Seketika ia berkata, ‘Biarkan aku keluar, kuberi engkau seratus dinar.’
Perempuan itu berkata, ‘Ada apa denganmu?? Bukankah engkau yang bilang
terpesona saat melihatku, kemudian engkau pergi bekerja supaya bisa
mengumpulkan uang seratus dinar? Tetapi, setelah segala sesuatunya
memungkinkan, mengapa engkau bertindak seperti ini?’ Pemuda itu
menjawab, ‘Aku takut kepada Allah dan posisiku di hadapan-Nya. Aku benci
diriku sendiri, dan engkau adalah orang yang paling kubenci.’<br />
Perempuan itu berkata, jika engkau jujur, kuharap tidak ada orang
lain yang menjadi suamiku selainmu.’ Pemuda itu meronta, ‘Biarkan aku
keluar!’ Perempuan itu berusaha menahan, ‘Tidak, kecuali jika engkau
bersedia memperistri aku.’ Pemuda itu berkata, ‘Tidak, sampai aku
keluar.’ Perempuan itu bertanya,jika aku mendatangimu, apakah engkau
bersedia menikah denganku?’ Pemuda itu menjawab, ‘Bisa jadi.’<br />
Selanjutnya, pemuda itu menutup wajah dengan pakaiannya, lalu pulang
ke daerahnya. Sementara itu, perempuan itu juga pergi meninggalkan
dunianya dengan penuh penyesalan, sampai akhirnya ia tiba di daerah
pemuda itu. la cari nama dan rumahnya, sampai kemudian ditemukan. Ada
yang berkata pada pemuda itu, ‘Ada seorang ratu datang padamu.’ Melihat
perempuan itu datang, pemuda itu jatuh pingsan, kemudian meregang nyawa.<br />
Perempuan itu berkata, ‘Dia telah meninggalkanku. Apakah ia masih
mempunyai kerabat?’ Orang-orang pada menjawab, ‘Dia punya saudara
miskin.’ Perempuan itu berkata, ‘Aku akan menikah dengannya sebagai
wujud kecintaanku pada saudaranya.’ Ia pun menikah dengan saudara pemuda
itu.” [Kitab at-Tawwabin hal.957]<br />
<br />
<br />
Sumber: Buku “Kisah Orang-Orang Shaleh Dalam Mendidik Anak”, Pustaka al Kautsar.<br />
Artikel: <a href="http://kisahislam.net/2012/05/12/pemuda-itu-berkata-kepada-pelacur-biarkanlah-aku-keluar-kuberi-engkau-seratus-dinar/www.kisahislam.net">www.kisahislam.net</a>salman Alfarizihttp://www.blogger.com/profile/13607126945388373762noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7446172201529609183.post-79252001582016451912012-09-20T22:47:00.003-07:002012-09-20T22:47:42.841-07:00Allah Telah Mengampuni Dosa Al-kifli<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_uatFAbDj_Grbu_O9LnhFah2jj5615zsd5_g9qsnV1KXbhSV3_BTITd66KahNDaCPFt5qEMiM8uOCzN57n4Je_nScL7agYViVRKDO8w92grrDYOuTPQ-7vFvUk-8axq7fih13LHqeW-nn/s1600/images.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi_uatFAbDj_Grbu_O9LnhFah2jj5615zsd5_g9qsnV1KXbhSV3_BTITd66KahNDaCPFt5qEMiM8uOCzN57n4Je_nScL7agYViVRKDO8w92grrDYOuTPQ-7vFvUk-8axq7fih13LHqeW-nn/s1600/images.jpg" /></a></div>
Al-Kifli adalah seorang pemuda Bani Israil, yang tak pernah lepas
dari dunia maksiat. Suatu ketika ia tertarik dengan kecantikan seorang
wanita. Lalu ia memberikan uang kepada wanita itu sebanyak 60 dinar.<br />
<div>
Ketika dalam posisi sebagaimana seorang suami menggauli isterinya,
tiba-tiba wanita itu gemetar. Al-Kifli bertanya, “Apakah aku memaksamu
melakukan ini?” Wanita itu menjawab, “Tidak, hanya saja perbuatan ini
belum pernah aku lakukan seumur hidupku. Aku lakukan ini semata-mata
demi memenuhi kebutuhan hidupku.”</div>
<div>
Al-Kifli berkata, “Berarti kamu takut kepada Allah untuk memenuhi
ajakanku ini sementara aku tidak takut kepadaNya.” Kemudian al-Kifli
meninggalkan wanita tersebut dan menghadiahkan uang tersebut kepadanya.</div>
<div>
Ia berkata, “Al-Kifli tidak akan pernah bermaksiat lagi kepada
Allah.” Pada malam hari itu ia mati sementara keesokan harinya di pintu
rumahnya terdapat tulisan bahwa Allah telah mengampuni dosa al-Kifli.
(Nurul Iqtibas, hal 36.)</div>
<div>
</div>
<div>
</div>
<div>
</div>
<div>
</div>
Sumber : 99 Kisah Orang Shalih, penerbit Darul Haq<br />
kisahislam.net salman Alfarizihttp://www.blogger.com/profile/13607126945388373762noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-7446172201529609183.post-4366303908026594032012-09-20T22:44:00.001-07:002012-09-20T22:44:28.453-07:00KIsah Ahli Taat Dan Ahli Maksiat<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjGI55S0Dflam_Dt68rG9kXvk0m88oDAye_B2ZjcBnM5uS58ZAe-zym_9atEC_3VoILuj2U6QW7WOg0wer-9Ja3VLZqIrkIyPkFeETRgk90SeS2_W37gpqdEp9-3vs8fZ3RyKhI20AzpARy/s1600/images.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjGI55S0Dflam_Dt68rG9kXvk0m88oDAye_B2ZjcBnM5uS58ZAe-zym_9atEC_3VoILuj2U6QW7WOg0wer-9Ja3VLZqIrkIyPkFeETRgk90SeS2_W37gpqdEp9-3vs8fZ3RyKhI20AzpARy/s1600/images.jpg" /></a></div>
<div align="justify">
Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Pada zaman Bani Israil dahulu,
hidup dua orang laki-laki yang berbeda karakternya. Yang satu suka
berbuat dosa dan yang lainnya rajin beribadah. Setiap kali orang yang
ahli ibadah ini melihat temannya berbuat dosa, ia menyarankan untuk
berhenti dari perbuatan dosanya.</div>
Suatu kali orang yang ahli ibadah berkata lagi, ‘Berhentilah dari
berbuat dosa.’ Dia menjawab, ‘Jangan pedulikan aku, terse-rah Allah akan
memperlakukan aku bagaimana. Memangnya engkau diutus Allah untuk
mengawasi apa yang aku lakukan.’ Laki-laki ahli ibadah itu menimpali,
‘Demi Allah, dosamu tidak akan diampuni olehNya atau kamu tidak mungkin
dimasukkan ke dalam surga Allah.’<br />
Kemudian Allah mencabut nyawa kedua orang itu dan mengumpulkan
keduanya di hadapan Allah Rabbul’Alamin. Allah ta’ala berfirman kepada
lelaki ahli ibadah, ‘Apakah kamu lebih mengetahui daripada Aku? Ataukah
kamu dapat merubah apa yang telah berada dalam kekuasaan tanganKu.’
Kemudian kepada ahli maksiat Allah berfirman, ‘Masuklah kamu ke dalam
surga berkat rahmatKu.’ Sementara kepada ahli ibadah dikatakan,
‘Masukkan orang ini ke neraka’.” [1]<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<strong>PELAJARAN YANG DAPAT DIPETIK:</strong><br />
1. Anjuran untuk senantiasa ber amar ma’ruf dan nahi munkar.<br />
2. Hendaknya seseorang segera berhenti dari kemungkaran dan berlepas
diri darinya saat diingatkan dan dilarang, dan hendaknya tidak
meneruskan dosa itu dengan keras kepala dan sombong.<br />
3. Larangan berputus asa dari ampunan Allah Yang Maha Penyayang.<br />
4. Beratnya sangsi mengucapkan sesuatu atas nama Allah, tanpa didasari ilmu.<br />
5. Luasnya rahmat Allah, Rabb seluruh alam.<br />
6. Seseorang yang memastikan orang lain masuk surga atau neraka, berarti ia telah mengakui memiliki sifat ketuhanan.<br />
7. Celaan kepada seseorang yang mengklaim dirinya sendiri sebagai hakim kebenaran.<br />
[Sumber: <em>Sittuna Qishshah Rawaha an-Nabi wash Shahabah al-Kiram</em>, Muhammad bin Hamid Abdul Wahab, Edisi Indonesia, <strong>61 KISAH PENGANTAR TIDUR Diriwayatkan Secara Shahih dari Rasulullah dan Para Sahabat,</strong> Pustaka Darul Haq, Jakarta] [www.alsofwah.or.id]salman Alfarizihttp://www.blogger.com/profile/13607126945388373762noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7446172201529609183.post-44469993314900664722012-09-20T22:39:00.003-07:002012-09-20T22:39:56.357-07:00Kisah Tentang Berkah Sebuah Ketakwaan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_VT02m2XOWEhREoCSTitfkfAyxDEeerq1AWxAN9Av_Lyv_kJHZ3JEBf75Ol1_AjImjSE_d7rPd5Xc_TApUlQ_iKhXPE6AbeMTkMCacO6T3adelOuIGkRQe8mezmv5ohOAX5rcVDdl1S-q/s1600/images.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_VT02m2XOWEhREoCSTitfkfAyxDEeerq1AWxAN9Av_Lyv_kJHZ3JEBf75Ol1_AjImjSE_d7rPd5Xc_TApUlQ_iKhXPE6AbeMTkMCacO6T3adelOuIGkRQe8mezmv5ohOAX5rcVDdl1S-q/s1600/images.jpg" /></a></div>
Ada seorang pemuda yang bertakwa, tetapi dia sangat lugu. Suatu kali
dia belajar pada seorang syaikh. Setelah lama menuntut ilmu, sang syaikh
menasihati dia dan teman-temannya, “Kalian tidak boleh menjadi beban
orang lain. Sesungguhnya, seorang alim yang menadahkan tangannya kepada
orang-orang berharta, tak ada kebaikan dalam dirinya. Pergilah kalian
semua dan bekerjalah dengan pekerjaan ayah kalian masing-masing.
Sertakanlah selalu ketakwaan kepada Allah dalam menjalankan pekerjaan
tersebut.”<br />
Maka, pergilah pemuda tadi menemui ibunya seraya bertanya, “Ibu,
apakah pekerjaan yang dulu dikerjakan ayahku?” Sambil bergetar ibunya
menjawab, “Ayahmu sudah meninggal. Apa urusanmu dengan pekerjaan
ayahmu?” Si pemuda ini terus memaksa agar diberitahu, tetapi si ibu
selalu mengelak. Namun, akhirnya si ibu terpaksa angkat bicara juga,
dengan nada jengkel dia berkata, “Ayahmu itu dulu seorang pencuri!”<br />
Pemuda itu berkata, “Guruku memerintahkan kami -murid-muridnya- untuk
bekerja seperti pekerjaan ayahnya dan dengan ketakwaan kepada Allah
dalam menjalankan pekerjaan tersebut.”<br />
Ibunya menyela, “Hai, apakah dalam pekerjaan mencuri itu ada
ketakwaan?” Kemudian anaknya yang begitu polos menjawab, “Ya, begitu
kata guruku.” Lalu dia pergi bertanya kepada orang-orang dan belajar
bagaimana para pencuri itu melakukan aksinya. Sekarang dia mengetahui
teknik mencuri. Inilah saatnya beraksi. Dia menyiapkan alat-alat
mencuri, kemudian shalat Isya’ dan menunggu sampai semua orang tidur.
Sekarang dia keluar rumah untuk menjalankan profesi ayahnya, seperti
perintah sang guru (syaikh). Dimulailah dengan rumah tetangganya. Saat
hendak masuk ke dalam rumah dia ingat pesan syaikhnya agar selalu
bertakwa. Padahal mengganggu tetangga tidaklah termasuk takwa. Akhirnya,
rumah tetangga itu di tinggalkannya. Ia lalu melewati rumah lain, dia
berbisik pada dirinya, “Ini rumah anak yatim, dan Allah memperingatkan
agar kita tidak memakan harta anak yatim.” Dia terus berjalan dan
akhirnya tiba di rumah seorang pedagang kaya yang tidak ada penjaganya.
Orang-orang sudah tahu bahwa pedagang ini memiliki harta yang melebihi
kebutuhannya. “Ha, di sini,” gumamnya. Pemuda tadi memulai aksinya. Dia
berusaha membuka pintu dengan kunci-kunci yang disiapkannya. Setelah
berhasil masuk, rumah itu ternyata besar dan banyak kamarnya. Dia
berkeliling di dalam rumah, sampai menemukan tempat penyimpanan harta.
Dia membuka sebuah kotak, didapatinya emas, perak dan uang tunai dalam
jumlah yang banyak. Dia tergoda untuk mengambilnya. Lalu dia berkata,
“Eh, jangan, syaikhku berpesan agar aku selalu bertakwa. Barangkali
pedagang ini belum mengeluarkan zakat hartanya. Kalau begitu, sebaiknya
aku keluarkan zakatnya terlebih dahulu.”<br />
Dia mengambil buku-buku catatan di situ dan menghidupkan lentera
kecil yang dibawanya. Sambil membuka lembaran buku-buku itu dia
menghitung. Dia memang pandai berhitung dan berpengalaman dalam
pembukuan. Dia hitung semua harta yang ada dan memperkirakan berapa
zakatnya. Kemudian dia pisahkan harta yang akan dizakatkan. Dia masih
terus menghitung dan menghabiskan waktu berjam-jam. Saat menoleh, dia
lihat fajar telah menyingsing. Dia berbicara sendiri, “Ingat takwa
kepada Allah! Kau harus melaksanakan shalat dulu!” Kemudian dia keluar
menuju ruang tengah rumah, lalu berwudhu di bak air untuk selanjutnya
melakukan shalat sunnah. Tiba-tiba tuan rumah itu terbangun. Dilihatnya
dengan penuh keheranan, ada lentera kecil yang menyala. Dia lihat pula
kotak hartanya dalam keadaan terbuka dan ada orang sedang melakukan
shalat. Isterinya bertanya, “Apa ini?” Dijawab suaminya, “Demi Allah,
aku juga tidak tahu.” Lalu dia menghampiri pencuri itu, “Kurang ajar,
siapa kau dan ada apa ini?” Si pencuri berkata, “Shalat dulu, baru
bicara. Ayo, pergilah berwudhu, lalu shalat bersama. Tuan rumahlah yang
berhak jadi imam.”<br />
Karena khawatir pencuri itu membawa senjata si tuan rumah menuruti
kehendaknya. Tetapi –wallahu a’lam- bagaimana dia bisa shalat. Selesai
shalat dia bertanya, “Sekarang, coba ceritakan, siapa kau dan apa
urusanmu?” Dia menjawab, “Saya ini pencuri.” “Lalu apa yang kau perbuat
dengan buku-buku catatanku itu?”, tanya tuan rumah lagi. Si pencuri
menjawab, “Aku menghitung zakat yang belum kau keluarkan selama enam
tahun. Sekarang aku sudah menghitungnya dan juga sudah aku pisahkan agar
kau dapat memberikannya pada orang yang berhak.” Hampir saja tuan rumah
itu dibuat gila karena terlalu keheranan. Lalu dia berkata, “Hai, ada
apa denganmu sebenarnya. Apa kau ini gila?” Mulailah si pencuri itu
bercerita dari awal. Dan setelah tuan rumah itu mendengar ceritanya dan
mengetahui ketepatan, serta kepandaiannya dalam menghitung, juga
kejujuran kata-katanya, juga mengetahui manfaat zakat, dia pergi menemui
isterinya. Mereka berdua dikaruniai seorang puteri. Setelah keduanya
berbicara, tuan rumah itu kembali menemui si pencuri, kemudian berkata,
“Bagaimana sekiranya kalau kau aku nikahkan dengan puteriku. Aku akan
angkat engkau menjadi sekretaris dan juru hitungku. Kau boleh tinggal
bersama ibumu di rumah ini. Kau kujadikan mitra bisnisku.” Ia menjawab,
“Aku setuju.” Di pagi hari itu pula sang tuan rumah memanggil para saksi
untuk acara akad nikah puterinya.<br />
<br />
<br />
Sumber: Kisah-Kisah Nyata Tentang Nabi, Rasul, Sahabat, Tabi`in,
Orang-orang Dulu dan Sekarang, karya Ibrahim bin Abdullah Al-Hazimi,
penerjemah Ainul Haris Arifin, Lc.salman Alfarizihttp://www.blogger.com/profile/13607126945388373762noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7446172201529609183.post-7353015857351253072012-09-20T22:33:00.001-07:002012-09-20T22:33:48.463-07:00Saat Sujud, Seorang Imam Masjid Mendengar Seruan Putranya Yang Hampir Mati TenggelamKisah nyata ini diceritakan sendiri oleh pelakunya dan pernah
disiarkan oleh Radio Al Qur’an di Makkah al Mukarramah. Kisah ini
terjadi pada musim haji dua tahun yang lalu di daerah Syu’aibah, yaitu
daerah pesisir pantai laut merah, terletak 110 Km di Selatan Jeddah.<br />
<div align="justify">
<strong>Pemilik kisah ini berkata:</strong></div>
<div align="justify">
Ayahku adalah seorang imam masjid, namun demikian aku
tidak shalat. Beliau selalu memerintahkan aku untuk shalat setiap kali
datang waktu shalat. Beliau membangunkan ku untuk shalat subuh. Akan
tetapi aku berpura-pura seakan-akan pergi ke masjid padahal tidak.<br />
Bahkan aku hanya mencukupkan diri dengan berputar-putar naik mobil
hingga jama’ah selesai menunaikan shalat. Keadaan yang demikian terus
berlangsung hingga aku berumur 21 tahun. Pada seluruh waktuku yang telah
lewat tersebut aku jauh dari Allah dan banyak bermaksiat kepada-Nya.
Tetapi meskipun aku meninggalkan shalat, aku tetap berbakti kepada kedua
orang tuaku.</div>
<div align="justify">
<strong>Inilah sekelumit dari kisah hidupku di masa lalu</strong></div>
<div align="justify">
Pada suatu hari, kami sekelompok pemuda bersepakat
untuk pergi rekreasi ke laut. Kami berjumlah lima orang pemuda. Kami
sampai di pagi hari, lalu membuat tenda di tepi pantai. Seperti biasanya
kamipun menyembelih kambing dan makan siang. setelah makan siang,
kamipun mempersiapkan diri turun ke laut untuk menyelam dengan tabung
oksigen. sesuai aturan, wajib ada satu orang yang tetap tinggal di luar,
di sisi kemah, hingga dia bisa bertindak pada saat para penyelam itu
terlambat datang pada waktu yang telah ditentukan.</div>
<div align="justify">
Akupun duduk, dikarenakan aku lemah dalam penyelaman.
Aku duduk seorang diri di dalam kemah, sementara disamping kami juga
terdapat sekelompok pemuda yang lain. Saat datang waktu shalat, salah
seorang diantara mereka mengumandangkan adzan, kemudian mereka mulai
menyiapkan shalat. Aku terpaksa masuk ke dalam laut untuk berenang agar
terhindar dari kesulitan yang akan menimpaku jika aku tidak shalat
bersama mereka. Karena kebiasaan kaum muslimin di sini adalah sangat
menaruh perhatian terhadap shalat berjamaah dengan perhatian yang sangat
besar, hingga menjadi aib bagi kami jika seseorang shalat fardhu
sendirian.</div>
<div align="justify">
Aku sangat mahir dalam berenang. Aku berenang hingga
merasa kelelahan sementara aku berada di daerah yang dalam. AKu
memutuskan untuk tidur diatas punggungku dan membiarkan tubuhku hingga
bisa mengapung di atas air. Dan itulah yang terjadi. Secara tiba-tiba,
seakan-akan ada orang yang menarikku ke bawah… aku berusaha untuk
naik…..aku berusaha untuk melawan….aku berusaha dengan seluruh cara yang
aku ketahui, akan tetapi aku merasa orang yang tadi menarikku dari
bawah menuju ke kedalaman laut seakan-akan sekarang berada di atasku dan
menenggelamkan kepalaku ke bawah.</div>
<div align="justify">
Aku berada dalam keadaan yang ditakuti oleh semua
orang. Aku seorang diri, pada saat itu aku merasa lebih lemah daripada
lalat. Nafaspun mulai tersendat, darah mulai tersumbat di kepala, aku
mulai merasakan kematian! Tiba-tiba, aku tidak tahu mengapa…aku ingat
kepada ayahku, saudara-saudaraku, kerabat-kerabat dan teman-temanku…
hingga karyawan di toko pun aku mengingatnya. Setiap orang yang pernah
lewat dalam kehidupanku terlintas dalam ingatanku…semuanya pada
detik-detik yang terbatas…kemudian setelah itu, aku ingat diriku
sendiri..!.!!</div>
<div align="justify">
Mulailah aku bertanya kepada diriku sendiri…apa
engkau shalat? Tidak. Apa engkau puasa? Tidak. Apa engkau telah berhaji?
Tidak. Apa engkau bershadaqah? Tidak. Engkau sekarang di jalan menuju
Rabbmu, engkau akan terbebas dan berpisah dari kehidupan dunia, berpisah
dari teman-temanmu, maka bagaimana kamu akan menghadap Rabb-mu?
Tiba-tiba aku mendengar suara ayahku memanggilku dengan namaku dan
berkata: “Bangun dan shalatlah.” Suara itupun terdengar di telingaku
tiga kali. Kemudian terdengarlah suara beliau adzan. Aku merasa dia
dekat dan akan menyelamatkanku. Hal ini menjadikanku berteriak
menyerunya dengan memanggil namanya, sementara air masuk ke dalam
mulutku.</div>
<div align="justify">
Aku berteriak….berteriak…tapi tidak ada yang
menjawab. Aku merasakan asinnya air di dalam tubuhku, mulailah nafas
terputus-putus. Aku yakin akan mati, aku berusaha untuk mengucapkan
syahadat….kuucapkan Asyhadu…Asyhadu…aku tidak mampu untuk
menyempurnakannya, seakan-akan ada tangan yang memegang tenggorokanku
dan menghalangiku dari mengucapkannya. Aku merasa bahwa nyawaku sudah
dalam perjalanan keluar dari tubuhku.</div>
<div align="justify">
Akupun berhenti bergerak…inilah akhir dari ingatanku.
Aku terbangun sementara kau berada di dalam kemah…dan di sisiku ada
seorang tentara dari Khafar al Sawakhil (penjaga garis batas laut), dan
bersamanya para pemuda yang tadi mempersiapkan diri untuk shalat.</div>
<div align="justify">
Saat aku terbangun, tentara itu berkata:”Segala puji
bagi Allah atas keselamatan ini.” Kemudian dia langsung beranjak pergi
dari tempat kami. Aku pun bertanya kepada para pemuda tentang tentara
tersebut. Apakah kalian mengenalnya? Mereka tidak mengetahuinya, dia
datang secara tiba-tiba ke tepi pantai dan mengeluarkanmu dari laut,
kemudian segera pergi sebagaimana engkau lihat, kata mereka.</div>
<div align="justify">
Akupun bertanya kepada mereka: “Bagaimana kalian
melihatku di air?” Mereka menjawab,”Sementara kami di tepi pantai, kami
tidak melihatmu di laut, dan kami tidak merasakan kehadiranmu, kami
tidak merasakannya hingga saat tentara tersebut hadir dan mengeluarkanmu
dari laut.” Perlu diketahui bahwa jarak terdekat denga Markas Penjaga
Garis Laut adalah sekitar 20 Km dari kemah kami, sementara jalannya pun
jalan darat, yaitu membutuhkan sekitar 20 menit hingga sampai di tempat
kami sementara peristiwa tenggelam tadi berlangsung dalam beberapa
menit.</div>
<div align="justify">
Para pemuda itu bersumpah bahwa mereka tidak
melihatku. Maka bagaimana tentara tersebut melihatku? Demi Rabb yang
telah menciptakanku, hingga hari ini aku tidak tahu bagaimana dia bisa
sampai kepadaku. seluruh peristiwa ini terjadi saat teman-temanku berada
dalam penyelaman di laut. Ketika aku bersama para pemuda yang
menengokku di dalam kemah, HP-ku berdering. segera HP kuangkat, ternyata
ayah yang menelepon. Akupun merasa bingung, karena sesaat sebelumnya
aku mendengar suaranya ketika aku di kedalaman, dan sekarang dia
menelepon?</div>
<div align="justify">
Aku menjawab….beliau menanyai keadaanku, apakah aku
dalam keadaan baik? Beliau mengulang-ulangnya, berkali-kali. Tentu saja
aku tidak mengabarkan kepada beliau, supaya tidak cemas. Setelah
pembicaraan selesai aku merasa sangat ingin shalat. Maka aku berdiri dan
shalat dua rakaat, yang selama hidupku belum pernah aku lakukan. Dua
rakaat itu aku habiskan selama dua jam. Dua rakaat yang kulakukan dari
hati yang jujur dan banyak menangis di dalamnya.</div>
<div align="justify">
Aku menunggu kawan-kawanku hingga mereka kembali dari
petualangan. Aku meminta izin pulang duluan. Akupun sampai di rumah dan
ayahku ada di sana. Pertama kali aku membuka pintu, beliau sudah ada di
hadapanku dan berkata: “Kemari, aku merindukanmu!” Akupun mengikutinya,
kemudian beliau bersumpah kepadaku dengan nama Allah agar aku
mengatakan kepada beliau tentang apa yang telah terjadi padaku di waktu
Ashar tadi. Akupun terkejut, bingung, gemetar dan tidak mampu
berkata-kata.</div>
<div align="justify">
Aku merasa beliau sudah tahu. Beliau mengulangi
pertanyaannya dua kali. Akhirnya aku menceritakan apa yang terjadi
padaku. Kemudian beliau berkata:”Demi Allah, sesungguhnya aku tadi
mendengarmu memanggilku, sementara aku dalam keadaan sujud kedua pada
akhir shalat Ashar, seakan-akan engkau berada dalam sebuah musibah.
Engkau memanggil-manggilku dengan teriakan yang menyayat-nyayat hatiku.
Aku mendengar suaramu dan aku tidak bisa menguasai diriku hingga aku
berdo’a untukmu dengan sekeras-kerasnya sementara manuisa mendengar
do’aku.</div>
<div align="justify">
Tiba-tiba, aku merasa seakan-akan ada seseorang yang
menuangkan air dingin di atasku. Setelah shalat, aku segera keluar dari
masjid dan menghubungimu. Segala puji bagi Allah, aku merasa tenang
bagitu mendengar suaramu. Akan tetapi wahai anakku, engkau teledor
terhadap shalat. Engkau menyangka bahwa dunia akan kekal bagimu, dan
engkau tidak mengetahui bahwa Rabbmu berkuasa merubah keadaanmu dalam
beberapa detik. Ini adalah sebagian dari kekuasaan Allah yang Dia
perbuat terhadapmu.</div>
<div align="justify">
Akan tetapi Rabb kita telah menetapkan umur baru
bagimu. Saat itulah aku tahu bahwa yang menyelamatkan aku dari peristiwa
tersebut adalah karena Rahmat Allah Ta’ala kemudian karena do’a ayah
untukku. Ini adalah sentuhan lembut dari sentuhan-sentuhan kematian.
Allah Ta’ala ingin memperlihatkan kepada kita bahwa betapapun kuta dan
perkasanya manusia akan menjadi makhluk yang paling lemah di hadapan
keperkasaan dan keagungan Allah Ta’ala.</div>
<div align="justify">
Maka semenjak hari itu, shalat tidak pernah luput
dari pikiranku. Alhamdulillah. Wahai para pemuda, wajib atas kalian taat
kepada Allah dan berbakti kepada kedua orang tua.</div>
<div align="justify">
Ya Allah, ampunilah kami dan kedua orang tua kami,
terimalah taubat kami dan taubat mereka dan rahmatilah mereka dengan
rahmat-Mu.</div>
<div align="justify">
<br /></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiDYBlRNuFwvJxKlzdCImiVEN1DQIeBIA__qg1aHNXsMR060FXqhOfxiFy6BPUQWf3oqNPTUL_18iE9CAsvEGjpXzRoNinIxGHtCkgLWGd_raQ_w2f0IANmoTOx7i9klWb_ze9KN5dga-8t/s1600/images.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiDYBlRNuFwvJxKlzdCImiVEN1DQIeBIA__qg1aHNXsMR060FXqhOfxiFy6BPUQWf3oqNPTUL_18iE9CAsvEGjpXzRoNinIxGHtCkgLWGd_raQ_w2f0IANmoTOx7i9klWb_ze9KN5dga-8t/s1600/images.jpg" /></a></div>
<div align="justify">
<br /></div>
<div align="justify">
Sumber: Majalah Qiblati Edisi 10 tahun II, Juli 2007 M via http://abuzubair.wordpress.com/</div>
salman Alfarizihttp://www.blogger.com/profile/13607126945388373762noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-7446172201529609183.post-77886547768735825332012-09-20T22:14:00.001-07:002012-09-20T22:14:14.441-07:00Kehilangan Kehormatan Yang Berakibat Ketaatan<div align="justify">
Seorang pemuda yang komitmen beragama maju untuk
menikah. Dia mulai mencari calon pasangan perempuan. Syarat satu-satunya
adalah agar dia seorang wanita yang komitmen, berakhlak, dan kuat
agama. Dan setelah melalui pencarian, kini dia telah menemukan gadis
tersebut, sebagaimana ciri-ciri yang diinginkan.</div>
Setelah melamar, dan ketika ia telah bersiap-siap untuk menikah,
tiba-tiba calon mempelai perempuan menolak dan mengatakan bahwa dia
tidak ingin menikah. Keluarganya terheran melihat keputusannya yang
mengagetkan, setelah sebelumnya memberikan kesanggupan. Pemuda itu
meminta sang gadis untuk menjelaskan penolakannya, namun justru ia
membawakan alasan-alasan yang lemah. Setelah itu, perkaranya ditangani
oleh ibunya yang merasa sangat sedih dengan keputusan ini. Terlebih,
pemuda itu terkenal dengan bagus akhlak dan budi pekertinya.<br />
Setelah sang ibu mendesaknya, dia (calon mempelai perempuan tersebut)
berkata kepada ibunya, “Sesungguhnya Allah Maha menutupi (dosa
hamba-hambaNya), dan Dia telah menutupiku. Tinggalkanlah aku dan
urusanku…” Di hadapan desakan sang ibu yang sangat bingung dengan
perkara itu, dia berterus terang kepada sang ibu bahwa dirinya telah
kehilangan kehormatannya, namun dia telah bertaubat. Dan bahwa peristiwa
itulah yang menyebabkan sikap komitmennya terhadap agamanya, sekaligus
sebab penolakannya untuk menikah. Ia meminta ibunya agar merahasiakan
perkara itu, dan bahwa ia akan menebus sebab kesalahannya. Ibunya
memikirkan perkara itu dan berkata, “Putriku! Selama kamu telah
bertaubat kepada Allah, sedang Allah menerima taubat hamba-hambaNya dan
memaafkan banyak dosa, maka biarkan aku meminta pendapat pemuda itu,
barangkali ia akan menerima atau menutupinya…”<br />
Setelah melalui musyawarah dan diskusi yang panjang, gadis itu pun
menerima usulan itu. Sang ibu pun pergi, tidak tahu entah bagaimana akan
membuka berita buruk ini kepada sang calon pengantin. Setelah sempat
bimbang, tidak lama kemudian ia meminta supaya pemuda itu menemuinya.<br />
Ketika pemuda itu datang, ia membuka permasalahan itu kepadanya dan
meminta pendapatnya. Ia menceritakan bahwa putrinya menjadi komitmen
terhadap agama setelah perbuatan itu dan telah bertaubat kepada Allah,
inilah sebab penolakannya untuk menikah…<br />
Pemuda itu berpikir sejenak, kemudian berkata kepadanya, “Saya
sepakat untuk menikah dengannya selama ia telah bertaubat dan kembali
kepada Allah dan istiqamah. Dahulu sebelum komitmenku terhadap agama,
aku sendiri berada dalam kemaksiatan dan kemungkaran. Sementara kita
tidak tahu siapakah yang diterima taubatnya di sisi Allah.”<br />
Wajah sang ibu itu berseri mendengar berita gembira ini dan segera
pergi menemui putrinya dengan penuh suka cita, dan dalam waktu yang
bersamaan ia merasa takjub dengan sikap ksatria dan keputusan baik
pemuda itu, lalu memberitahukan kabar gembira itu kepada putrinya. Dan
pernikahan pun terlaksana.<br />
Ketika bertemu, sang wanita banyak menangis. Sementara bahasa
isyaratnya mengatakan, “Betapa engkau laki-laki cerdas. Aku akan menjadi
istri yang taat bagimu.” Dan Allah pun mempertemukan mereka berdua
dengan kebaikan.<br />
Sumber: “90 Kisah Malam Pertama” ,Abdul Muththalib Hamd Utsman, Pustaka Darul Haq<br />
Artikel: <a href="http://kisahislam.net/2012/03/03/kehilangan-kehormatan-yang-berakibat-ketaatan/www.kisahislam.net">www.kisahislam.net</a>salman Alfarizihttp://www.blogger.com/profile/13607126945388373762noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7446172201529609183.post-88715481296671031402012-09-19T23:43:00.000-07:002012-09-19T23:43:06.531-07:00Karena Do'a, Si Buta Yang Miskin Mendapatkan Wanita Yang Sangat Cantik JelitaKisah ajaib ini, terjadi pada seorang buta lagi miskin yang
dicampakkan oleh kaum wanita. Lalu dia berdo’a kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala dan Allah pun mengabulkan do’anya dengan gadis yang paling
cantik di antara mereka. Kisah ini disebutkan oleh Syaikh Abdul ‘Aziz
al-‘Aql dalam muhadarahnya yang berjudul Qashash wa ‘Ibar. Kisah nyata
ini terjadi pada salah seorang kerabat Syaikh sendiri.<br />
Syaikh Abdul Aziz mengatakan, “Diantara kisah yang pernah saya alami
adalah seseorang dari famili saya yang hafal al-Qur’an, dan yang shalih.
Saya mengenalnya dan kami mencintainya ketika kami masih kanak-kanak.
Orang tadi ahli bersilaturahim dan selalu beristiqamah untuk taat kepada
Allah. Dan dia adalah orang yang buta. Pada suatu hari, dia berkata
kepada saya, “Hai anakku -waktu itu saya berumur 16 atau 17 tahun-
kenapa kamu tidak menikah?” Saya jawab, “Hingga Allah memberi saya
rizqi.” Dia berkata, “Wahai putraku, bersikap jujurlah kepada Allah,
ketuklah pintu Allah, dan berharaplah, pintu kelapangan akan terbuka.”
Kemudian dia berkata kepada saya, “Duduklah wahai putraku, aku akan
menceritakan kepadamu, apa yang pernah aku alami dulu.”<br />
Dia melanjutkan, “Saya dulu benar-benar miskin, ibu dan bapakku
adalah orang miskin, kami semua sangat miskin, aku sendiri semenjak
dilahirkan sudah menjadi orang yang buta, pendek dan papa. Segala sifat
yang tidak disukai wanita ada padaku. Kemudian aku sangat menginginkan
seorang wanita, akan tetapi kepada Allah aku tumpahkan seluruh
keprihatinanku, karena dengan kondisiku yang seperti itu, akan sulit
rasanya untuk mendapatkan seorang istri. Aku mendatangi ayahku kemudian
mengatakan, “Wahai ayah, aku ingin menikah.” Maka ayahku
mentertawakanku. Aku memahami bahwa tertawanya ayah adalah sebagai
isyarat agar aku berputus asa dan melupakan keinginanku untuk menikah
bahkan ayahku sempat mengatakan, “Apakah engkau gila nak? Siapa yang mau
mengambilmu sebagai menantu? Pertama, kamu buta. Kedua, kita semua
adalah orang yang sangat miskin. Sadarlah nak! Tidak ada jalan untuk
itu.<br />
Sebenarnya, dengan kata-katanya itu ayah telah membunuhku. Waktu itu
aku berumur kira-kira 24 atau 25 tahun. Lalu akupun pergi menemui ibuku.
Mengadukan perihalku, barangkali ia dapat membujuk ayahku. Hampir saja
aku menangis, ketika ibuku juga mengucapkan kata-kata seperti yang
diucapkan oleh ayah. Dia mengatakan, “Anakku, kamu akan nikah?! Apakah
kamu tidak waras nak?! Siapa wanita yang mau sama kamu?! Daimana kamu
mendapatkan harta?! Kamu tahu sendiri, bahwa kita semuanya ini sangat
membutuhkan sedikit harta untuk bertahan hidup. Kemudian kamu juga
jangan lupa, bahwa hutang kita telah menumpuk.” Aku tidak berputus asa,
kuulangi lagi usahaku untuk memahamkan ayah dan ibuku. Akan tetapi sikap
dan jawaban mereka tetap tidak berubah. Pada suatu malam, aku berkata,
“Mengapa aku tidak mengadukan hal ini pada Tuhanku yang Maha Pengasih
dan Penyayang? Mengapa aku merengek-rengek dihadapan ayah dan ibu yang
memang tidak mampu melakukan apa-apa? Mengapa aku tidak mengetuk pintu
ilahi yang Maha Kuasa dan Perkasa?” Lalu akupun shalat di akhir malam
sebagaimana kebiasaanku. Aku mengangkat tangan kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala dan aku katakan diantara do’aku,<br />
Ya Allah, ya Tuhanku, mereka mengatakan kalau aku miskin padahal
Engkaulah yang membuat aku miskin. Mereka mengatakan kalau aku buta,
padahal Engkaulah yang mengambil penglihatanku. Mereka mengatakan kalau
aku adalah jelek dan buruk, padahal Engkaulah yang menciptakan aku.
Ilahi, Tuhanku, Tuanku dan Penolongku, tidak ada sesembahan yang benar
kecuali Engkau, Engkau mengetahui apa yang ada di dalam jiwaku. Engkau
mengetahui keinginanku untuk menikah, dan aku tidak ada daya dan upaya
untuk itu. Ayah dan ibuku menyatakan tidak sanggup. Ya Allah, mereka
memang tidak sanggup dan tidak mampu. Aku memahami kondisi mereka.
Tetapi Engkau adalah Maha Mulia dan Perkasa yang tidak terkalahkan oleh
apapun. Ilahi, kumohon satu rahmat dari rahmat-Mu. Wahai Tuhan yang Maha
Mulia, Maha Pengasih dan Penyayang, berikanlah kepadaku dengan segera
seorang istri yang penuh berkah, shalihah, dan cantik jelita. Yang
menenangkan hatiku dan yang menyatukan jiwaku.<br />
Aku berdo’a sementara kedua mataku, mengucurkan air mata dan hatiku
menangis merendah dihadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena aku shalat
malam di awal waktu, maka akupun mengantuk. Ketika aku tertidur, aku
bermimpi seolah-olah aku berada di sebuah tempat yang sangat panas.
Sepertinya ada kobaran api yang sangat dahsyat. Tidak lama setelah itu,
aku melihat ada satu kemah yang turun dari langit. Kemah yang sangat
indah mempesona, belum pernah aku melihat sebelumnya. Hingga kemah
itupun turun di atasku dan memayungiku. Bersamaan dengan itu, ada hawa
dingin yang aku tidak mampu menceritakannya karena benar-benar membawa
sebuah kedamaian, hingga aku terbangun karena kedinginan setelah merasa
kepanasan yang amat sangat. Aku terbangun dan perasaanku sangat senang
dengan mimpi tersebut. Di pagi yang buta aku pergi menemui seorang alim
yang dapat menafsiri mimpi.<br />
Maka setelah aku ceritakan apa yang kualami dalam mimpi itu, seorang
alim tersebut mengatakan kepadaku, “Hai anakku, engkau sudah menikah,
jika tidak, mengapa kamu tidak menikah?” Maka saya katakan, “Tidak, demi
Allah saya belum menikah.” Dia bertanya, “Mengapa engkau tidak
menikah?” Kukatakan, “Demi Allah Ya Syaikh, seperti yang engku ketahui,
aku adalah seorang yang buta lagi miskin, dan buruk rupa.” Dia berkata,
“Hai anakku, apakah tadi malam engkau telah mengetuk pintu Tuhan mu?”
Kukatakan, “Ya, aku telah mengetuk pintu Tuhan ku.” Syaikh berkata,
“Pergilah wahai putraku, perhatikanlah gadis yang paling cantik dalam
benakmu dan pinanglah, karena pintu itu telah terbuka untukmu. Ambillah
yang terbaik apa yang ada dalam dirimu dan jangan merasa rendah dengan
mengatakan, “Aku adalah seorang yang buta, maka aku akan mencari wanita
yang buta pula, jika tidak maka yang begini, dan yang begitu. Tetapi
perhatikanlah gadis yang terbaik, karena pintu itu telah dibuka
untukmu.”<br />
Setelah aku berfikir dalam diriku, aku memilih gadis yang dikenal
sebagai gadis yang paling cantik di daerah itu disamping memiliki nasab
dan keluarga yang terhormat. Maka aku mendatangi ayah, kukatakan
barangkali ayah mau pergi kepada mereka guna meminang gadis itu untukku.
Ayah menolak dengan keras, lebih keras dari penolakannya yang pertama.
Dia benar-benar menolak secara mentah-mentah mengingat rupaku yang buruk
dan kemelaratanku, apalagi gadis yang kuinginkan adalah gadis yang
paling cantik di negeri itu. Maka aku pergi sendiri. Aku bertamu kepada
keluarga itu, mengucapkan salam kepada mereka dan mengatakan kepada
orang tuanya, “Saya menginginkan Fulanah (maksudnya putrinya).” Dia
menjawab, “Kamu menginginkan putriku?” Saya jawab, “Ya.” Maka dia
menjawab, “Demi Allah, ahlan wasahlan, wahai putra Fulan, selamat datang
wahai pembawa Al-Qur’an, demi Allah hai putraku, kami tidak mendapatkan
laki-laki yang lebih baik darimu, akan tetapi aku berharap agar putriku
mau menerimanya.” Kemudian ia pergi menuju putrinya dan mengatakan,
“Wahai putriku, ini Fulan datang meminangmu. Memang dia buta akan tetapi
dia hafal Al-Qur’an, dia menyimpan Al-Qur’an di dalam dadanya. Apabila
engkau dapat merelakannya untukmu, maka tawakkallah kepada Allah.” Sang
putripun menjawab, “Sesudahmu, tidak ada hal lain wahai ayah, kami
bertawakkal kepada Allah.”<br />
Selang sepekan setelah itu, wanita cantik itupun menjadi istri bagi
si buta yang miskin dengan taufik Allah dan kemudahan dariNya karena
keutamaan Al-Qur’an. Walhamdulillahirabbil ‘alamin.<br />
<br />
<br />
<strong>Sumber:</strong> www.qiblati.com.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpqBnRZhzPsBJV9CM3DFxlHWt4qaKrbi69e_KzPs7egLBWnPsoQFfyZPNOpalfxyqd8aV5UlmuJVg1mIllrpha3ikHPNb8ntnGEDAObqTmhdCO6XM5mF_tgq0QLJFVo1T3KPLMKValWgoE/s1600/images.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpqBnRZhzPsBJV9CM3DFxlHWt4qaKrbi69e_KzPs7egLBWnPsoQFfyZPNOpalfxyqd8aV5UlmuJVg1mIllrpha3ikHPNb8ntnGEDAObqTmhdCO6XM5mF_tgq0QLJFVo1T3KPLMKValWgoE/s1600/images.jpg" /></a></div>
Artikel kisahislam.net salman Alfarizihttp://www.blogger.com/profile/13607126945388373762noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7446172201529609183.post-10915622493920400392012-09-19T23:31:00.001-07:002012-09-19T23:31:30.451-07:00Taubat Setelah Melihat 'Jahannam'Aku mengenal seorang pemuda yang dulu termasuk orang-orang yang lalai
dari mengingat Allah. Dulu dia bersama dengan teman-teman yang buruk
sepanjang masa mudanya. Pemuda itu meriwayatkan kisahnya sendiri:
<br />
“Demi Allah, yang tidak ada sesembahan yang haq selain Dia, aku dulu
keluar dari kota Riyadh bersama dengan teman-temanku, dan tidak ada satu
niat dalam diriku untuk melakukan satu ketaatanpun untuk Allah, apakah
untuk shalat atau yang lain.”<br />
“Alkisah, kami sekelompok pemuda pergi menuju kota Dammam, ketika
kami melewati papan penunjuk jalan, maka teman-teman membacanya “Dammam,
300 KM”, maka aku katakan kepada mereka aku melihat papan itu
bertuliskan “Jahannam, 300 KM”. Merekapun duduk dan menertawakan
ucapanku. Aku bersumpah kepada mereka atas hal itu, akan tetapi mereka
tidak percaya. Maka merekapun membiarkan dan mendustakanku.<br />
Berlalulah waktu tersebut dalam canda tawa, sementara aku menjadi bingung dengan papan yang telah kubaca tadi.<br />
Selang beberapa waktu, kami mendapatkan papan penunjuk jalan lain,
mereka berkata “Dammam, 200 KM”, kukatakan “Jahannam, 200 KM”. Merekapun
menertawakan aku, dan menyebutku gila. Kukatakan: “Demi Allah, yang
tidak ada sesembahan yang haq selain Dia, sesungguhnya aku melihatnya
bertuliskan “Jahannam, 200 KM”.” Merekapun menertawakanku seperti kali
pertama. Dan mereka berkata: “Diamlah, kamu membuat kami takut.” Akupun
diam, dalam keadaan susah, yang diliputi rasa keheranan aku memikirkan
perkara aneh ini.<br />
Keadaanku terus menerus bersama dengan pikiran dan keheranan,
sementara keadaan mereka bersama dengan gelak tawa, dan candanya, hingga
kemudian kami bertemu dengan papan penujuk jalan yang ketiga. Mereka
berkata: “Tinggal sedikit lagi “Dammam, 100 KM”.” Kukatakan: “Demi Allah
yang Maha Agung, aku melihatnya “Jahannam, 100 KM”.” Mereka berkata:
“Tinggalkanlah kedustaan, engkau telah menyakiti kami sejak awal
perjalanan kita.” Kukatakan: “Turunkan aku, aku ingin kembali.” Mereka
berkata: “Apakah engkau sudah gila?” Kukatakan: “Turunkan aku, demi
Allah, aku tidak akan menyelesaikan perjalanan ini bersama kalian.” Maka
merekapun menurunkanku, akupun pergi ke arah lain dari jalan tersebut.
Akupun tinggal di jalan itu beberapa saat, dengan memberikan isyarat
kepada mobil-mobil untuk berhenti, tetapi tidak ada seorangpun yang
berhenti untukku. Selang beberapa saat, berhentilah untukku seorang
sopir yang sudah tua, akupun mengendarai mobil bersamanya. Saat itu dia
dalam keadaan diam lagi sedih, dan tidak berkata-kata walaupun satu
kalimat.<br />
Maka kukatakan kepadanya: “Baiklah, ada apa dengan anda, kenapa anda
tidak berkata-kata?” Maka dia menjawab: “Sesungguhnya aku sangat
terkesima dengan sebuah kecelakaan yang telah kulihat beberapa saat yang
lalu, demi Allah aku belum pernah melihat yang lebih buruk darinya
selama kehidupanku.” Kukatakan kepadanya: “Apakah mereka itu satu
keluarga atau selainnya?” Dia menjawab: “Mereka adalah sekumpulan
anak-anak muda, tidak ada seorangpun dari mereka yang selamat.” Maka dia
memberitahukan kepadaku ciri-ciri mobilnya, maka akupun mengenalnya,
bahwa mereka adalah teman-temanku tadi. Maka akupun meminta kepadanya
untuk bersumpah atas apa yang telah dia katakan, maka diapun bersumpah
dengan nama Allah.<br />
Maka akupun mengetahui bahwa Allah I telah mencabut roh teman-temanku
setelah aku turun dari mobil mereka tadi. Dan Dia telah menjadikanku
sebagai pelajaran bagi diriku dan yang lain. Akupun memuji Allah yang
telah menyelamatkanku di antara mereka.”<br />
Syaikh Abu Khalid al-Jadawi berkata: “Sesungguhnya pemilik kisah ini
menjadi seorang laki-laki yang baik. Padanya terdapat tanda-tanda
kebaikan, setelah dia kehilangan teman-temannya dengan kisah ini, yang
setelahnya dia bertaubat dengan taubat nashuha.”<br />
Maka kukatakan: “Wahai saudaraku, apakah engkau akan menunggu
kehilangan empat atau lima teman-temanmu sampai kepada perjalanan
seperti perjalanan ini? Agar engkau bisa mengambil pelajaran darinya?
Dan tahukah kamu, bahwa kadang bukan engkau yang bertaubat karena sebab
kematian teman-temanmu, melainkan engkaulah yang menjadi sebab
pertaubatan teman-temanmu karena kematianmu di atas maksiat dan
kerusakan.” Na’udzu billah.<br />
Ya Allah, jangan jadikan kami sebagai pelajaran bagi manusia, tetapi
jadikanlah kami sebagai orang yang mengambil pelajaran dari apa yang
terjadi pada mereka, dan dari apa saja yang terjadi di sekitar kami.
Allahumma Amin.” (AR)*<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgiZmmKtemjtQv6cJ2_d7hswd2E9Ku8wAMGBvWe09iKC0Lb8eCJB6mWBJL05LTMZI3zzxw8L20wQ7VxcIRx7czAo42xZhCaIa17f_HFB6pkG06ac5bZ9JifMZyvQeKe8JKJFRFUlm1rXXzE/s1600/images.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgiZmmKtemjtQv6cJ2_d7hswd2E9Ku8wAMGBvWe09iKC0Lb8eCJB6mWBJL05LTMZI3zzxw8L20wQ7VxcIRx7czAo42xZhCaIa17f_HFB6pkG06ac5bZ9JifMZyvQeKe8JKJFRFUlm1rXXzE/s1600/images.jpg" /></a></div>
<br />
<strong>Judul Asli:</strong> Jahannam..Setelah 300 Km<br />
<strong>Oleh:</strong> Abu Khalid al-Jadawy<br />
Sumber: Majalah Qiblati Edisi 5 Volume 3salman Alfarizihttp://www.blogger.com/profile/13607126945388373762noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7446172201529609183.post-49222559980079489882012-09-19T23:22:00.001-07:002012-09-19T23:22:50.775-07:00Taubat Seorang Ibu Ditangan Putrinya<div align="justify">
Empat tahun yang silam salah seorang ahli ilmu yang
bernama Syaikh Ali al-Hindi meriwayatkan kisah nyata berikut ini kepada
Syaikh Abdurrahman al-Makki, seraya mengatakan:</div>
<div align="justify">
Ada seorang ibu yang merasa geram terhadap putrinya
karena ia tidak lagi seperti dulu dalam menghormati para tamu. Pekan
ini, ia tidak menghormati tamu-tamu ibunya. Sang ibu merasa
terheran-heran karena putrinya adalah seorang gadis yang multazimah,
kuat beragama.</div>
<div align="justify">
Di hari terakhir dari pekan ini sang gadis duduk
ketika ibunya menyambut tetangganya yang datang berkunjung. Hampir saja
sang ibu pingsan ketika melihat anaknya tetap terpaku duduk tidak
bergerak dari tempat duduknya; tidak berdiri untuk menyambut tetangganya
yang baik hati lagi mulia. Lebih-lebih ketika tetangga itu mendekati si
putri sambil mengulurkan tangannya. Akan tetapi sang putri Fatimah
namanya, pura-pura tidak tahu dan tidak menyambut uluran tangan
tetangganya. Ia membiarkan saja sang tetangga berdiri beberapa saat
sambil mengulurkan tangannya didepan ibunya yang geram dan kebingungan.
Hingga ibunya berteriak: “Berdiri! Dan jabat tangannya!” Sang putri
hanya membalas dengan pandangan ketidak pedulian tanpa bergeser
sedikitpun dari tempat duduknya seolah-olah ia tuli tidak mendengar
kata-kata ibunya.</div>
<div align="justify">
Sang tetangga merasa sangat tidak enak terhadap
kelakukan sang putri dan ia menganggap bahwa kehormatannya telah
diinjak-injak dan dihina. Maka segera ia menarik tangannya kembali dan
berbalik ingin segera pulang ke rumahnya sambil mengatakan: “Sepertinya,
saya mengunjungi kalian pada waktu yang tidak tepat.”</div>
<div align="justify">
Disini sang putri tiba-tiba meloncat dari tempat
duduknya dan memegangi tangan tetangganya lalu mencium kepalanya sambil
mengatakan: “Maafkan saya, demi Allah saya tidak bermaksud berbuat buruk
kepadamu.” Sang putri menuntun tangannya dengan lembut penuh dengan
rasa sayang dan penghormatan dan mengajaknya duduk seraya mengatakan:
“Tahukah engkau wahai bibi, betapa saya mencintaimu dan menghormatimu.”</div>
<div align="justify">
Sang putri berhasil menenangkan perasaan tetangganya
dan menghapus goresan yang telah melukai hatinya karena sikapnya yang
aneh dan tidak terfahami. Sementara sang ibu menahan amarahnya jangan
sampai termuntahkan dihadapan putrinya.</div>
<div align="justify">
Sang tetanggapun berpamitan untuk pulang dan sang
putri segera bangkit mengulurkan tangan kanannya sedangkan tangan
kirinnya memegangi tangan kanan tetangganya agar tidak mengulurkannya
kepadanya. Dia mengatakan: “Seyogyanya tangan kanan saya harus tetap
terulur tanpa engkau mengulurkan tanganmu kepadaku agar saya dapat
melunasi keburukan apa yang telah aku perbuat terhadapmu.” Akan tetapi
sang tetangga langsung mendekap sang putri kedadanya dan menciumi
kepalanya seraya mengatakan: “Tidak apa-apa anakku, karena kamu telah
bersumpah bahwa kamu tidak bermaksud buruk kepadaku.”</div>
<div align="justify">
Begitu sang tetangga meninggalkan rumah, sang ibu
langsung menegur putrinya dalam kemarahan yang tertahan: “Mengapa kamu
bertindak seperti ini?” Fathimah menjawab: “Saya tahu kalau saya
menyebabkan ibu merasa tidak enak seperti ini, maafkan saya ibu.” Ibunya
bertanya: “Ia mengulurkan tangannya kepadamu, tetapi kamu tetap duduk
tidak berdiri, dan tidak menjabat tangannya?!” Putri menjawab: “Engkau
wahai ibu, juga melakukan yang demikian!” Ibu berteriak dengan penuh
rasa heran: “Apa? Aku melakukannya?!” Ia menjawab: “Ibu melakukannya
siang dan malam.” Ibunya semakin marah terheran-heran: “Apa? Aku
melakukannya siang dan malam?” Ia menjawab: “Betul bu, Dia menjulurkan
tangannya kepada ibu, tapi ibu tidak pernah menjabat tangan-Nya.” Ibunya
semakin marah tidak faham: “Siapa yang mengulurkan tangan-Nya kepadaku
dan aku tidak menyambutnya?!” Fathimah menjawab: “Allah bu, Allah yang
Maha Suci mengulurkan tangan-Nya kepada ibu di siang hari agar ibu
bertaubat, dan Dia mengulurkan tangan-Nya kepada Ibu di malam hari agar
ibu bertaubat, akan tetapi ibu tidak mau bertaubat. Ibu tidak
mengulurkan tangan kepada-Nya.” Ibu terdiam. Ucapan putrinya membuatnya
terperanjat dan tertegun. Sang putri melanjutkan perkataannya: “Bukankah
ibu merasa bersedih, ketika saya tidak mengulurkan tangan untuk
menjabat tetangga kita? Dan ibu khawatir jika dia berpresepsi buruk
kepadaku? Saya wahai ibu, merasa bersedih setiap hari ketika mendapati
ibu tidak mengulurkan tangan untuk bertaubat kepada Allah yang Maha Suci
yang mengulurkan tangan-Nya kepada ibu di siang hari dan di malam hari.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda dalam sebuah hadits shahih:</div>
<div align="justify" dir="rtl">
????? ????? ???????? ???????? ??????
??????????? ?????????? ???????? ?????????? ?????????? ??????
???????????? ?????????? ???????? ????????? ?????? ???????? ?????????
???? ???????????</div>
<div align="justify">
“Sesungguhnya Allah membentangkan tangan-Nya di malam
hari agar bertaubat orang yang berbuat kesalahan di siang hari, dan
membentangkan tangan-Nya di siang hari agar bertaubat orang yang berbuat
kesalahan di malam hari hingga matahari terbit dari tempat
terbenamnya.” (HR. Muslim)</div>
<div align="justify">
Apakah engkau mengetahui wahai ibu, Tuhan kita
membentangkan tangan-Nya kepada ibu dua kali dalam setiap hari sementara
ibu tetap menggenggam tangan tidak menyambut tangan-Nya dengan taubat.”
Maka berlinanglah kedua mata sang ibu. Sang putri melanjutkan
ucapannya, semakin menajamkan nasihatnya: <em><strong>“Saya sangat
mengkhawatirkan ibu, ketika ibu tidak shalat, karena pertama kali yang
akan ditanyakan kepada ibu di hari kiamat adalah shalat. Saya sangat
bersedih ketika melihat ibu keluar dari rumah tanpa menutup aurat yang
diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bukankah ibu merasa tidak
enak ketika melihat tindakanku terhadap tetangga kita? Saya wahai ibu
sangat merasa tidak enak dihadapan teman-temanku ketika mereka
mempertanyakan kepadaku tentang keluarnya ibu tanpa hijab dan tanpa
memperhatikan aturan-aturan agama sementara saya adalah gadis yang
berhijab.”</strong></em> Maka air mata taubat semakin deras mengalir
membasahi kedua pipi sang ibu dan putripun ikut menangis karena tidak
bisa menahan rasa harunya melihat ibunya memperhatikan nasihat dan
menerima kebenaran. Maka iapun bangkit dan memeluk ibunya dengan penuh
kasih sayang yang amat dalam. Sementara ibunya dengan isak tangisnya
mengatakan: “Aku bertaubat kepada-Mu ya Rabb… Aku bertaubat kepadamu ya
Rabb…”</div>
<div align="justify">
Oleh karena itu wahai para ibu, wahai para bapak,
wahai para gadis, wahai para pemuda bertaubatlah kepada Allah. Allah
mengetahui keadaan kalian. Allah mengetahui apa yang tersirat dalam hati
kalian. Dan Allah menunggu taubat kalian. Dan Allah sangat mencintai
orang-orang yang bertaubat. Maka, apakah kita bertaubat kepada-Nya?
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:</div>
“Dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa-dosa selain daripada Allah?” (QS. Ali Imran: 135)<br />
[<strong>Sumber</strong>: http://qiblati.com/taubat-seorang-ibu-ditangan-putrinya.html]<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjLO55AOPbRraAKfybxN9LfY3lvzzcsg3wjIOX0ZE3iCwA-tiOmyxHtr7aX21RRMJSwrte7gvQvCZcbhJprUi1N1FTg-OC3w0667s_29XmtnaEoKfu6lMX7VVX5gkH2zBN0-zUTwtf-At7B/s1600/images.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjLO55AOPbRraAKfybxN9LfY3lvzzcsg3wjIOX0ZE3iCwA-tiOmyxHtr7aX21RRMJSwrte7gvQvCZcbhJprUi1N1FTg-OC3w0667s_29XmtnaEoKfu6lMX7VVX5gkH2zBN0-zUTwtf-At7B/s1600/images.jpg" /></a></div>
<br />
Artikel kisahislam.net salman Alfarizihttp://www.blogger.com/profile/13607126945388373762noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7446172201529609183.post-63873449277571695172012-09-19T23:06:00.002-07:002012-09-19T23:06:38.270-07:00Tangisan Rindu Rasulullah<span style="font-family: "Verdana", sans-serif;">Beberapa
hari sebelum wafatnya beliau menziarahi pemakaman syuhada Di perjalanan
pulang pipinya basah, ada air matanya mengalir disana.
Sahabat-sahabatnya yang mendampingi pun bertanya : ”Mengapa engkau
menagis ya Rasulullah?<br /><br /> ” Aku merindukan saudara-saudaraku”<br /><br />
Hal ini aneh. Bukankah beliau tidak memiliki saudara? Bukankah
orang-orang terderkatnya adalah sahabatnya? Dan sekarang mereka ada di
sampingnya? Lalu siapa yang beliau rindukan itu? . Merekapun tak kuasa
bertanya lagi:<br /> Bukankah kami adalah saudara-saudaramu wahai Rasulullah?<br /><br />
”Kalian adalah para sahabatku. Sedang saudara-saudaraku adalah
orang-orang yang datang setelahku dan beriman walaupun mereka belum
pernah melihatku. ”<br /><br /> ”Sungguh..aku sangat merindukan mereka...maka aku menangis..”<br /><br />
Wahai...betapa bahagianya jika kita termasuk yang dirindukannya. Beliau
merindukan kita..bahkan sampai tak kuasa menahan air mata karena
rindunya. <br /><br /> Pernahkah kau mencintai seseorang sampai menangis karena merindukannya?</span><br /><span style="font-family: "Verdana", sans-serif;">
Wahai..adakah rindumu kepada beliau demikian membahana? Pernahkah kau
menangis memikirkan besarnya cintanya untukmu? Apakah selalu kau
sisipkan ia yang merindukan dan begitu mencintaimu di do’a–do’a mu yang
syahdu? Adakah pernah bergemuruh dadamu saat melafalkan shalawat
baginya?</span>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Verdana", sans-serif;"></span><br /><span style="font-family: "Verdana", sans-serif;"></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Verdana", sans-serif;">Setiap dari
kalian akan mendapat dari Allah SWT pujian, akan mendapat dari Allah
kemuliaan, akan mendapat dari Allah hikmah, yang mana berjuang menjaga
cintanya kepada Beliau, berjuang terhadap apa-apa yang mengganggunya,
yang memfitnahnya , memusuhinya , dibalas dengan akhlak dan kelembutan
yang diajarkanya, maka akan dikumpulkan Bersama Beliau dalam keadaan
berbahagia. Dimana mereka selalu berbuat baik sebelum mereka berbuat
baik terhadapnya. Membalas cacian dengan kelembutan dan kemuliaan
akhlak, maka sesungguhnya tali kalian bersambung dan tidak terputus
kepada Baginda Rasulullah SAW, yang mana ketika Beliau berjalan.
Malaikat Jibal .. Malaikat penjaga Gunung berkata kepadanya : “Wahai
Rasulullah SAW, jikalau engkau mau... aku himpitkan, tindihkan .. aku
himpitkan kedua gunung ini, untuk membalas mereka yang memusuhimu. Maka
Rasulullah SAW berkata “Jangan, aku mengharapkan dari keturunan mereka,
akan lahir orang-orang yang shalih, yang menyeru terhadap Agama Allah,
yang beriman kepadaku. </span><br />
<span style="font-family: "Verdana", sans-serif;"></span><br /><span style="font-family: "Verdana", sans-serif;"></span><br />
<span style="font-family: "Verdana", sans-serif;">Saudara-saudariku,
Jikalau kita memiliki pedoman sebagaimana yang telah diajarkan
Rasulullah SAW, kita akan mendapatkan anugerah Besar,,, dan kita
berpegangan kepada tali Nabi besar Muhammad SAW, yang mana ketika
dikucilkan, dicaci, dihina, dan dimusuhi , Justru Beliau malah
mendo’akan , agar dikuatkan keturunan mereka , yang menolong agama
Allah,<br /> Rasulullah SAW mengajarkan , kepada umat-umatnya, untuk
memperoleh kemuliaan maka haruslah kita bersabar, berusaha, bertawakkal,
untuk meraih apa-apa yang diinginkan, sekali lagi harus bersabar ...
menghadapi cacian , hinaan, fitnah, dan ujian hidup ... <br />Itulah isyarat Allah SWT terhadap orang-orang yang terpilih untuk menuju ridhonya harus melewati pintu Sabar,..</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Verdana", sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Verdana", sans-serif;">Rasulullah
SAW tidak melupakan umatnya. Umat – umatnya yang Shalih, Umat-umat yang
senantiasa ingin merasakan Lubernya kesejahteraan Salam yang Allah
limpahkan kepada Nabiyullah Muhammad SAW. <br /> Lantas, apakah ketika
kita mempunyai keinginan, mempunyai cita-cita, kita melupakan Rasulullah
SAW dengan mencapakkan cinta Beliau dan enggan menjawab Salam Beliau ??<br />
Ketahuilah ketika engkau membaca pada Tahiyat Shalat, hadirkan hatimu ,
hadirkan kecintaanmu. Ketahuilah bahwa Salam tersebut bukan sembarang
salam. Yang mana dengan berpedoman dan memahami bacaan itu, kau akan
terbimbing pada kehidupan para Shalihin yang bercahaya dengan keluhuran
cahaya yang sebenarnya. <br /><br /> Allahumma sholli ’ala sayyidina muhammad wa’ala ali sayyidina Muhammad<br /><br /> Wahai Rasulullah..kami rindu padamu..</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgDwJ5zaoAdasCNMnpMM2cqWEtBf2YCYM3ha99EoXjfEmrKDlTNzhMFnTFkztboOBP7kmaN4ZN4EqfXhPPzyG6w8BHQTYObBa2kDmM0bVFb6LpKaacbFDv7Fcz1L4Ok88b5XMlTCpLMXueC/s1600/images.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgDwJ5zaoAdasCNMnpMM2cqWEtBf2YCYM3ha99EoXjfEmrKDlTNzhMFnTFkztboOBP7kmaN4ZN4EqfXhPPzyG6w8BHQTYObBa2kDmM0bVFb6LpKaacbFDv7Fcz1L4Ok88b5XMlTCpLMXueC/s1600/images.jpg" /></a></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Verdana",sans-serif;"> </span></div>
salman Alfarizihttp://www.blogger.com/profile/13607126945388373762noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-7446172201529609183.post-125453782203151342012-09-19T22:55:00.001-07:002012-09-19T22:55:53.486-07:00Kisah Malam Pertama Seorang Pengantin Wanita Muslimah“Setelah melaksanakan shalat Maghrib dia berhias, menggunakan gaun
pengantin putih yang indah, mempersiapkan diri untuk pesta
pernikahannya. Lalu dia mendengar azan Isya, dan dia sadar kalau
wudhunya telah batal.<br />
Dia berkata pada ibunya : “Bu, saya mau berwudhu dan shalat Isya.”<br />
Ibunya terkejut : “Apa kamu sudah gila? Tamu telah menunggumu untuk
melihatmu, bagaimana dengan make-up mu? Semuanya akan terbasuh oleh
air.” Lalu ibunya menambahkan : “Aku ibumu, dan ibu katakan jangan
shalat sekarang! Demi Allah, jika kamu berwudhu sekarang, ibu akan marah
kepadamu”<br />
Anaknya menjawab : “Demi Allah, saya tidak akan pergi dari ruangan ini,
hingga saya shalat. Ibu, ibu harus tahu “bahwa tidak ada kepatuhan
kepada makhluk dalam kemaksiatan kepada Pencipta”!!<br />
Ibunya berkata : “ Apa yang akan dikatakan tamu-tamu kita tentang mu,
ketika kamu tampil dalam pesta pernikahanmu tanpa make-up?? Kamu tidak
akan terlihat cantik dimata mereka! dan mereka akan mengolok-olok
dirimu!<br />
Anak nya berkata dengan tersenyum : “Apakah ibu takut karena saya
tidak akan terrlihat cantik di mata makhluk? Bagaimana dengan
Penciptaku? Yang saya takuti adalah jika dengan sebab kehilangan shalat,
saya tidak akan tampak cantik dimata-Nya”.<br />
Lalu dia berwudhu, dan seluruh make-up nya terbasuh. Tapi dia tidak merasa bermasalah dengan itu.<br />
Lalu dia memulai shalatnya. Dan pada saat itu dia bersujud, dia tidak menyadari itu, bahwa itu akan menjadi sujud terakhirnya.<br />
Pengantin wanita itu wafat dengan cara yang indah, bersujud di hadapan Pencipta-Nya.<br />
Ya, ia wafat dalam keadaan bersujud. Betapa akhir yang luar biasa
bagi seorang muslimah yang teguh untuk mematuhi Tuhannya! Banyak orang
tersentuh mendengarkan kisah ini. Ia telah menjadikan Allah dan ketaatan
kepada-Nya sebagai prioritas pertama. Subhanallah…<br />
Kisah nyata yang diceritakan oleh Syaikh Abdul Muhsin Al Ahmad ini terjadi di Abha, ibu kota Provinsi Asir Arab Saudi.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEisgkB3maXMFEccvnsMdgqlibixfZ3bKTXdNAeqRBDCTacMW3bwj33C5b9jcB-v4DKM4k0vBuUPPCxA1XpTfBj56588NmJ-F5xAZShwDxndGZ_dhJF4I51NhmLTADzD3d9lR-ekmQKaJsVI/s1600/images.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEisgkB3maXMFEccvnsMdgqlibixfZ3bKTXdNAeqRBDCTacMW3bwj33C5b9jcB-v4DKM4k0vBuUPPCxA1XpTfBj56588NmJ-F5xAZShwDxndGZ_dhJF4I51NhmLTADzD3d9lR-ekmQKaJsVI/s1600/images.jpg" /></a></div>
<br />
<br />
Dicopas dari status al akh Mentari dari Ufuk Timur via http://gizanherbal.wordpress.com<br />
<br />
<br />
Artikel: kisahislam.net salman Alfarizihttp://www.blogger.com/profile/13607126945388373762noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7446172201529609183.post-8252928885074558492012-09-19T22:45:00.000-07:002012-09-19T22:59:58.802-07:00Pembelaan Allah Bagi Kaum Lemah, Allah Balikkan Istana Beserta IsinyaWahab bin Munabbih <i>Radhiyallahu Anhu </i>bercerita:
<br />
“Ada seorang raja kejam yang sedang membangun istana megah, kemudian
ada seorang wanita tua miskin yang juga membangun sebuah gubug di
samping istana tersebut. Suatu hari sang raja menaiki kudanya, lalu
berputar mengelilingi istananya, tatkala dia melihat ada sebuah gubug di
samping istananya dia lalu bertanya, “Gubug siapa ini?” Dikatakan
kepadanya, bahwa gubug tersebut miliki seorang wanita tua miskin.
Kemudian sang raja memerintahkan agar gubug itu dihancurkan. Lalu
wanita tua tersebut pulang, setelah ia mengetahui bahwa rumahnya telah
dirobohkan. Ia pun lantas bertanya, “Siapakah orang yang telah
merobohkan rumahku ini?” Dikatakan kepadanya, bahwa sang raja yang
melihat gubug tersebut lalu ia merobohkannya.<br />
Kemudian wanita tua itu rnenengadahkan kepalanya ke arah langit,
seraya berdo’a, “Wahai Tuhanku, jika memang waktu gubugku dirobohkan,
aku tidak ada, lalu dimanakah Engkau waktu itu?”<br />
Wahab berkata, “Akhirnya Allah memerintahkan Malaikat Jibril untuk membalikkan istana tersebut beserta isinya.“ [1]<br />
Konon, tatkala Khalid bin Barmak[2] dan puteranya sedang dipenjara,
ia berkata, “Wahai ayah, setelah mengalami masa-masa mulia, kini kita
berada dalam belenggu dan penjara?” Sang ayah pun menjawab, “Wahai
puteraku, do’anya orang yang terzhalimi berjalan sepanjang malam di mana
kita lengah, tetapi Allah tidak pernah lengah dengan do’a tersebut.”[3]<br />
Memang benar, karena Nabi <i>Shallallahu Alaihi wa Sallam </i>pernah bersabda, <i>“Sesungguhnya do’a orang yang terzhalimi akan diangkat </i><i>di
atas awan. Lalu Rabb Yang Maha Suci dan Luhur berfirman, “Demi
kemuliaan-Ku sungguh Aku akan menolongmu, meskipun baru sebentar saja.”
[4] </i><br />
Seorang penyair mengungkapkan:<br />
<i>Hati-hatilah dengan do’a orang yang terzhalimi, sungguh doanya..</i><br />
<i>Akan diangkat di atas awan, lalu dikabulkan.</i><br />
<i>Waspadailah do’a orang yang antara do’anya…</i><br />
<i>Dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala tak ada penghalang.</i><br />
<i>jangan kau kira Allah Ta’ala berpaling darinya,</i><br />
<i>Atau semua ucapan Samar bagi-Nya.</i><br />
<i>Sungguh benar Allah berfirman, “Demi kemuliaan-Ku,</i><br />
<i>Akan Ku tolong orang yang dianiaya, dan Ku beri balasan.</i><br />
<i>Siapa yang tak percaya hadits ini berarti dia,</i><br />
<i>Sangat bodoh, atau akalnya sedang tidak waras.</i><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjrIR22KtnFRuHjCQ1Zj8VRHMpYTKPcoer31GV6VaHEWWnI2WrORn3Mo_PvCORCaD2jf8PCZDfcF0LKLcSWDvo5cui73AELFX2obmlImVXJeC3EjpHtJy2PhaNPAtH6qp9Z1uRhmRuxTkUU/s1600/images.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjrIR22KtnFRuHjCQ1Zj8VRHMpYTKPcoer31GV6VaHEWWnI2WrORn3Mo_PvCORCaD2jf8PCZDfcF0LKLcSWDvo5cui73AELFX2obmlImVXJeC3EjpHtJy2PhaNPAtH6qp9Z1uRhmRuxTkUU/s1600/images.jpg" /></a></div>
<br />
<br />
<i>sumber; kisahislam.net </i>salman Alfarizihttp://www.blogger.com/profile/13607126945388373762noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7446172201529609183.post-50600252268446079622012-09-19T01:48:00.001-07:002012-09-19T01:48:28.939-07:00Nasihat Imam Asy-Syafiiy Kepada Muridnya imam Al muzanyImam Al-Muzany bercerita:
<br />
“Aku menemui Imam Asy-Syafi’iy menjelang beliau wafat, lalu kubertanya, “Bagaimana keadaanmu pada pagi ini, wahai Ustadzku?”<br />
Beliau menjawab, “Pagi ini aku akan melakukan perjalanan meninggalkan
dunia, akan berpisah dengan kawan-kawanku, akan meneguk gelas kematian,
akan menghadap kepada Allah dan akan menjumpai kejelekan amalanku. Aku
tidak tahu: apakah diriku berjalan ke surga sehingga aku memberinya
ucapan kegembiraan, atau berjalan ke neraka sehingga aku menghibur
kesedihannya.”<br />
Aku berkata, “Nasihatilah aku.”<br />
Asy-Syafi’iy berpesan kepadaku, “Bertakwalah kepada Allah,
permisalkanlah akhirat dalam hatimu, jadikanlah kematian antara kedua
matamu, dan janganlah lupa bahwa engkau akan berdiri di hadapan Allah.
Takutlah terhadap Allah <em>‘Azza wa Jalla</em>, jauhilah segalah hal
yang Dia haramkan, laksanakanlah segala perkara yang Dia wajibkan, dan
hendaknya engkau bersama Allah di manapun engkau berada. Janganlah
sekali-kali engkau menganggap kecil nikmat Allah kepadamu -walaupun
nikmat itu sedikit- dan balaslah dengan bersyukur. Jadikanlah diammu
sebagai tafakkur, pembicaraanmu sebagai dzikir, dan pandanganmu sebagai
pelajaran. Maafkanlahorang yang menzhalimimu, sambunglah (silaturrahmi
dari)orang yang memutus silaturahmi terhadapmu, berbuat baiklah kepada
siapapun yang berbuat jelek kepadamu, bersabarlah terhadap segala
musibah, dan berlindunglah kepada Allah dari api neraka dengan
ketakwaan.”<br />
Aku berkata, “Tambahlah (nasihatmu) kepadaku.”<br />
Beliau melanjutkan, “Hendaknya kejujuran adalah lisanmu, menepati
janji adalah tiang tonggakmu, rahmat adalah buahmu, kesyukuran sebagai
thaharahmu, kebenaran sebagai perniagaanmu, kasih sayang adalah
perhiasanmu, kecerdikan adalah daya tangkapmu, ketaatan sebagai mata
percaharianmu, ridha sebagai amanahmu, pemahaman adalah penglihatanmu,
rasa harapan adalah kesabaranmu, rasa takut sebagai pakaianmu, shadaqah
sebagai pelindungmu, dan zakat sebagai bentengmu. Jadikanlah rasa malu
sebagai pemimpinmu, sifat tenang sebagai menterimu, tawakkal sebagai
baju tamengmu, dunia sebagai penjaramu, dan kefakiran sebagai
pembaringanmu. Jadikanlah kebenaran sebagai pemandumu, haji dan jihad
sebagai tujuanmu, Al-Qur`an sebagai juru bicaramu dengan kejelasan,
serta jadikanlah Allah sebagai Penyejukmu. Barangsiapa yang bersifat
seperti ini, surga adalah tempat tinggalnya.”<br />
Kemudian, Asy-Syafi’iy mengangkat pandangannya ke arah langit seraya menghadirkan susunan ta’bir. Lalu beliau bersya’ir,<br />
<em>Kepada-Mu -wahai Ilah segenap makhluk, wahai Pemilik anugerah dan kebaikan-</em><br />
<em>kuangkat harapanku, walaupun aku ini seorang yang bergelimang dosa</em><br />
<em>Tatkala hati telah membatu dan sempit segala jalanku</em><br />
<em>kujadikan harapan pengampunan-Mu sebagai tangga bagiku</em><br />
<em>Kurasa dosaku teramatlah besar, tetapi tatkala dosa-dosa itu</em><br />
<em>kubandingkan dengan maaf-Mu -wahai Rabb-ku-, ternyata maaf-Mu lebihlah besar</em><br />
<em>Terus menerus Engkau Maha Pemaaf dosa, dan terus menerus</em><br />
<em>Engkau memberi derma dan maaf sebagai nikmat dan pemuliaan</em><br />
<em>Andaikata bukan karena-Mu, tidak seorang pun ahli ibadah yang tersesat oleh Iblis</em><br />
<em>bagaimana tidak, sedang dia pernah menyesatkan kesayangan-Mu,Adam</em><br />
<em>Kalaulah Engkau memaafkan aku, Engkau telah memaafkan</em><br />
<em>seorang yang congkak, zhalim lagi sewenang-wenang yang masih terus berbuat dosa</em><br />
<em>Andaikata Engkau menyiksaku, tidaklah aku berputus asa,</em><br />
<em>walaupun diriku telah engkau masukkan ke dalam Jahannam lantaran dosaku</em><br />
<em>Dosaku sangatlah besar, dahulu dan sekarang,</em><br />
<em>namun maaf-Mu -wahai Maha Pemaaf- lebih tinggi dan lebih besar</em><br />
<br />
<br />
[<strong><em>Tarikh Ibnu Asakir</em></strong> Juz 51 hal. 430-431]<br />
<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhGihCT_ufVjL3phR2b6oLuYgBPcddJzphS480HABQtKm_tm9kLBfQy52jab6t3TAlCasdmmNa5YI2xZbVFo2xjC-VnCnUZOx28j3DIy3Ca8LnuchQyRD8PGxJLygAYyjKnt5GFD-M1GeyL/s1600/images.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhGihCT_ufVjL3phR2b6oLuYgBPcddJzphS480HABQtKm_tm9kLBfQy52jab6t3TAlCasdmmNa5YI2xZbVFo2xjC-VnCnUZOx28j3DIy3Ca8LnuchQyRD8PGxJLygAYyjKnt5GFD-M1GeyL/s1600/images.jpg" /></a></div>
Sumber: http://kisahislam.netsalman Alfarizihttp://www.blogger.com/profile/13607126945388373762noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7446172201529609183.post-4011149610009721442012-09-19T01:41:00.001-07:002012-09-19T01:41:24.242-07:00Boleh Jadi Kamu Membenci Sesuatu Padahal Ia Amat Baik BagimuDahulu, sebelum ada vaksinasi, cacar adalah salah satu penyakit yang
tersebar di mana-mana, dan atas kehendak Allah Yang Maha Hidup dan Maha
Mengurus segala sesuatu, sering kali (penyakit cacar itu) mengakibatkan
kematian di kalangan masyarakat.
<br />
Syahdan, di antara mereka ada yang terjangkit bencana ini; seorang lelaki berumur 6 tahun d<br />
<div>
ari sebuah dusun di utara kota Buraidah di wilayah Al-Qashim.
Peristiwa ini terjadi di abad 14 H. Akibatnya, ia mengalami kebutaan
total dan berwajah bopeng.<br />
Anak ini tinggal di tengah saudara-saudaranya yang bekerja sebagai
petani di sawah. Dia sering berlari-lari di belakang mereka, hendak
mengejar mereka saat berjalan bersama. Akan tetapi, tentu saja hal ini
sering kali menyebabkannya tersandung dan terjerembab di mana-mana, lalu
terluka. Namun, ia segera bangkit mengejar arah datangnya suara mereka,
lalu ia menabrak pohon di mana-mana, sementara saudara-saudaranya hanya
menertawainya ketika ia jatuh, bahkan (mereka) mengejeknya, “Buta …!
Buta …!”
Mereka tidak peduli dan tidak menanyakan apabila dia tidak ada dan
(mereka) bersikap acuh kalau dia ada di tengah mereka. Bahkan, di kala
orang tuanya tidak ada dirumah, sering kali ia menjadi bulan-bulanan
saudara-saudaranya, yaitu ketika dia disuruh berjalan lalu terantuk dan
terjatuh, maka ia menjadi bahan tertawaan. Meskipun demikian, dia
termasuk anak yang lincah dan gerakannya ringan. Kemauannya keras dan
mempunyai ketabahan, dan Allah telah mengaruniakan kepadanya kecerdasan
dan kemauan yang keras. Dia selalu berupaya melakukan apa saja yang dia
mau. Dia ingin mengerjakan lebih banyak daripada yang dilakukan orang
normal.<br />
Ayahnya adalah orang yang miskin. Dia memandang anaknya yang buta ini
hanya menjadi beban saja, karena dia tidak mendapatkan manfaat dan
keuntungan darinya sebagaimana saudara-saudaranya yang lain.<br />
Suatu hari, salah seorang temannya datang ke rumah. Sudah beberapa
tahun mereka tidak jumpa. Dia lalu mengadukan kepada temannya tersebut
perihal anaknya yang buta bahwa anak itu tidak berguna, bahkan mereka
sekeluarga selalu sibuk mengurus dan melayaninya, sehingga menghambat
sebagian pekerjaan mereka. Tamu tersebut menyarankan agar anak itu
dikirim ke Riyadh agar mendapat jaminan makanan dari jamuan yang selalu
diadakan oleh Ibnu Sa’ud (Setelah keamanan dalam negeri di seluruh
Jazirah Arab terkendali di tangan Raja Abdul ‘Aziz rahimahullah, dia
mengadakan jamuan khusus untuk memberi makan kaum fakir miskin dan orang
orang terlantar. Pada masa itu, jamuan tersebut sangat terkenal),
sehingga (ia) akan selalu bertemu dengan orang orang yang mengasihinya
setiap saat.<br />
Ide tersebut diterima dengan baik oleh ayahnya. Ketika ada seorang
tukang unta tampak sedang membuat kayu ke atas punggung untanya yang
biasanya menjual barang dagangan di Riyadh, ayahnya menghampiri tukang
unta dan berkata, “Aku hendak menitipkan anakku ini padamu. Bawalah dia
pergi ke Riyadh dan saya beri kamu dua riyal, dengan syarat: kamu taruh
dia di masjid, dan kamu tunjukkan di mana letak jamuan makan dan sumur
masjid agar dia bisa minum dan berwudhu, dan serahkan dia kepada orang
yang mau berbuat kebajikan kepadanya.”<br />
Berikut ini penuturan kisah sang anak setelah (ia) dewasa,<br />
Aku dipanggil ayahku -rahimahullah-. Pada waktu iu, umurku baru
mendekati 13 tahun. Beliau berkata, “Anakku, di Riyadh itu ada
halaqah-halaqah ilmu, ada jamuan makan yang akan memberimu makan malam
setiap hari, dan lain sebagainya. Kamu akan betah disana, insya Allah.
Kamu akan ayah titipkan pada orang ini. Dia akan memberitahu kamu apa
saja yang kamu inginkan ….”<br />
Tentu saja, aku menangis keras-keras dan mengatakan, “Benarkah orang
sepertiku tidak memerlukan lagi keluarga? Bagaimana mungkin aku berpisah
dengan ibuku, saudara-saudara, dan orang orang yang aku sayangi?
Bagaimana aku akan mengurus diriku di negeri yang sama sekali asing
bagiku, sedangkan di tengah keluargaku saja aku mengalami kesulitan? Aku
tidak mau!”<br />
Aku dibentak oleh ayahku. Beliau berkata kasar kepadaku.
Selanjutanya, beliau memberiku pakaian-pakaianku seraya berkata,
“Tawakal kepada Allah dan pergilah …. Kalau tidak, kamu akan aku begini
dan begini ….”<br />
Suara tangisku makin keras, sementara saudara-saudaraku hanya diam
saja di sekelilingku. Selanjutnya, aku dibimbing oleh si tukang unta
sambil menjanjikan kepadaku hal-hal yang baik baik dan meyakinkan aku
bahwa aku akan hidup enak di sana.<br />
Aku pun berjalan sambil tetap menangis. Tukang unta itu menyuruh aku
berpegangan pada ujung kayu di bagian kelakang unta. Dia berjalan di
depan unta, sedangkan aku di belakangnya, sementara suara tangisku masih
tetap meninggi. Aku menyesali perpisahanku dengan keluargaku.<br />
Setelah lewat sembilan hari perjalanan, tibalah kami di tengah kota
Riyadh. Tukang unta itu benar benar menaruh aku di masjid dan
menunjukkan aku letak sumur dan jamuan makan. Akan tetapi aku masih
tetap tidak menyukai semuanya dan masih merasa sedih. Aku menangis dari
waktu ke waktu. Dalam hati, aku berkata, “Bagaimana mungkin aku hidup di
suatu negeri yang aku tidak mengetahui apa pun dan tidak mengenal siapa
pun? Aku berangan-angan, andaikan aku bisa melihat, pastilah aku sudah
berlari entah kemana … ke padang pasir barangkali. Akan tetapi, atas
rahmat Allah, ada beberapa orang yang menaruh perhatian kepadaku di
masjid itu. Mereka menaruh belas kasihan kepadaku, lalu mereka membawaku
kepada Syekh Abdurrahman Al-Qasim rahmahullah dan mereka katakan, “Ini
orang asing, hidup sebatang kara.”<br />
Syekh menghampiri aku, lalu menanyai siapa namaku dan nama julukanku,
dan dari negeri mana. Kemudian, beliau menyuruh aku duduk di dekatnya,
sementara aku menyeka air mataku. Beliau berkata, “Anakku, bagaimana
ceritamu?” Kemudian, aku pun menceritakan kisahku kepada beliau.<br />
“Kamu akan baik baik saja, insya Allah. Semoga Allah memberimu
manfaat dan membuat kamu bermanfaat. Kamu adalah anak kami dan kami
adalah keluargamu. Kamu akan melihat nanti hal-hal yang menggembirakanmu
di sisi kami. Kamu akan kami gabungkan dengan para pelajar yang sedang
menuntut ilmu dan akan kami beri tempat tinggal dan makanan. Di sana ada
saudara-saudara di jalan Allah yang akan selalu memperhatikan dirimu.”<br />
Aku menjawab, “Semoga Allah memberi Tuan balasan yang terbaik, tetapi
aku tidak menghendaki semua itu. Aku ingin Tuan berbaik hati kepadaku,
kembalikan aku kepada keluargaku bersama salah satu kafilah yang menuju
Al-Qashim.”<br />
Syekh berkata, “Anakku, coba dulu kamu tinggal bersama kami,
barangkali kamu akan merasa nyaman. Kalau tidak, kami akan mengirim kamu
kembali kepada keluargamu, insya Allah.”<br />
Selanjutnya, Syekh memanggil seseorang lalu berkata, “Gabungkan anak
ini dengan Fulan dan Fulan, dan katakan kepada mereka, perlakukan dia
dengan baik.”<br />
Orang itu membimbing dan membawaku menemui dua orang teman yang baik
hati. Keduanya menyambut kedatanganku dengan baik dan aku pun duduk di
sisi mereka berdua, lalu aku ceritakan kepada mereka berdua keadaanku
dan mengatakan bahwa aku tidak betah tinggal di situ karena harus
berpisah dari keluargaku. Tak ada yang dilakukan kedua temanku itu
selain mengatakan kepadaku perkataan yang menghiburku. Keduanya
menjanjikan kepadaku yang baik-baik dan bahwa kami akan sama sama
mencari ilmu, sehingga aku sedikit merasa tenteram dan senang kepada
mereka. Keduanya selalu bersikap baik padaku. Semoga Allah memberi
mereka dariku balasan yang terbaik. Akan tetapi, aku sendiri belum juga
terlepas dari kesedihan dan keenggananku tinggal di sana. Aku masih
tetap menangis dari waktu ke waktu atas perpisahanku dengan keluargaku.<br />
Kedua temanku itu tinggal di sebuah kamar dekat masjid. Aku tinggal
bersama mereka. Keseharianku selalu bersama mereka. Pagi-pagi benar,
kami pergi shalat subuh, lalu duduk di masjid mengikuti pengajian
Alquran sampai menjelang siang. Syekh menyuruh kami menghapal Alquran.
Sesudah itu, kami kembali ke kamar, istirahat beberapa saat, makan ala
kadarnya, kemudian kembali lagi ke pengajian hingga tiba waktu zuhur.
Barulah setelah itu, kami istirahat, yakni tidur siang (qailulah), dan
sesudah shalat Ashar kami kembali lagi mengikuti pengajian.<br />
Demikian yang kami lakukan setiap hari hingga akhirnya mulailah aku
merasa betah sedikit demi sedikit, makin membaik dari hari ke hari,
bahkan akhirnya Allah melapangkan dadaku untuk menghapal Al Quran,
terutama setelah Syekh–rahimahullah–memberi dorongan dan perhatian
khusus kepadaku. Aku pun melihat diriku mengalami kemajuan dan menghapal
hari demi hari. Sementara itu, Syekh selalu mempertajam minat para
santrinya. Pernah suatu kali, beliau berkata, “Kenapa kalian tidak
meniru si Hamud itu? Lihatlah bagaimana kesungguhan dan ketekunannya,
padahal ia orang buta!”<br />
Dengan kata-kata itu, aku semakin bersemangat, karena timbul
persaingan antara aku dan teman temanku dalam kebaikan. Oleh karena itu,
kurang dari satu setengah bulan, Allah ta’ala telah mengaruniai aku
ketenteraman dan ketenangan hati, sehingga dapatlah aku menikmati hidup
baru ini.<br />
Syahdan, setelah tujuh bulan lamanya aku tinggal di sana, aku katakan
dalam diriku,“Subhanallah, betapa banyak kebaikan yang terdapat dalam
hal-hal yang tidak disukai hawa nafsu, sementara diri kita
melalaikannya! Kenapa aku harus sedih dan menangisi kehidupan yang serba
kekurangan di tengah keluargaku, yang ada hanya kebodohan, kemiskinan,
kepayahan ketidakpedulian, dan penghinaan, sedangkan aku merasa menjadi
beban mereka?”<br />
Demikianlah kehidupan yang aku jalani di Riyadh setiap harinya, sehingga
kurang dari sepuluh bulan aku sudah dapat menghafal Alquran sepenuhnya,
alhamdulillah. Kemudian, aku ajukan hapalanku itu kehadapan Syekh
sebanyak dua kali. Selanjutnya, Syekh mengajak aku pergi menemui para
guru besar, yaitu Syekh Muhammad bin Ibrahim dan Syekh Abdul Latif bin
Ibrahim. Aku diperkenalkan kepada mereka. Kemudian, guruku itu berkata,
“Kamu akan ikut bergabung dalam halaqah-halaqah ilmu. Adapun murajaah
Alquran, dilakukan sehabis shalat subuh, kamu akan dipandu oleh Fulan.
Sesudah magrib, kamu akan dipandu oleh Fulan.”<br />
Sejak saat itu, mulailah aku menghadiri halaqah-halaqah dari para
guru besar itu, yang bisa menimba ilmu dengan kesungguhan hati. Materi
pelajaran yang diberikan meliputi Akidah, Tafsir, Fikih, Ushul Fikih,
Hadits, Ulumul Hadits, dan Fara’idh. Seluruh materi diberikan secara
teratur, masing-masing untuk materi tertentu.<br />
Sementara itu, aku sendiri, hari demi hari semakin merasa betah, semakin
senang, dan tenteram hidup di lingkungan itu. Aku benar benar merasa
bahaia mendapat kesempatan mencari ilmu. Sementara itu, agaknya orang
tuaku di kampung selalu bertanya kepada orang-orang yang bepergian ke
Riyadh, dan tanpa sepengetahuanku beliau mendapat berita-berita tentang
perkembanganku.<br />
Demikianlah, alhamdulillah, aku berkesempatan untuk terus mencari
ilmu dan menikmati taman-taman ilmu. Setelah tiga tahun, aku meminta
izin kepada guru-guruku untuk menjenguk keluargaku di kampung. Kemudian,
mereka menyuruh orang untuk mengurus perjalananku bersama seorang
tukang unta. Dengan memuji Allah, aku pun berangkat hingga sampailah aku
kepada keluargaku. Tentu saja, mereka sangat gembira dan kegirangan
menyambut kedatanganku, terutama Ibuku–rahimahallah–. Mereka menanyakan
kepadaku tentang keadaanku dan aku katakan, “Aku kira, tidak ada seorang
pun di muka bumi ini yang lebih bahagia selain aku ….”<br />
Ya, kini mereka melihatku dengan senang dan santun. Demikian pula,
aku melihat mereka menghargai dan menghormati aku, bahkan menyuruhku
mengimami shalat mereka. Aku menceritakan kepada mereka
pengalaman-pengalaman yang telah aku alami selama ini. Mereka senang
mendengarnya dan memuji kepada Allah.<br />
Setelah beberapa hari berada di lingkungan keluargaku, aku pun
meminta izin untuk pergi meninggalkan mereka kembali. Mereka bersikeras
memintaku untuk tetap tinggal, tapi aku segera mencium kepada
ayah-bundaku. Aku meminta pengertian dan izin kepada keduanya, dan
alhamdulillah mereka mengizinkan. Akhirnya aku kembali ke Riyadh
meneruskan pelajaranku. Aku makin bersemangat mencari ilmu.<br />
Adapun dari teman-temannya yang seangkatan, ada di antaranya yang
menceritakan, “Dia sangat rajin dan bersemangat dalam mencari ilmu,
sehingga dikagumi guru-gurunya dan teman-teman seangkatannya. Sangat
banyak ilmu yang dia peroleh. Adapun hal yang sangat ia sukai adalah
apabila ada seseorang yang duduk bersamanya dengan membacakan kepadanya
sebuah kitab yang belum pernah ia dengar, atau ada orang yang berdiskusi
dengannya mengenai berbagai masalah ilmu. Dia memiliki daya hapal yang
sangat mengagumkan dan daya tangkap yang luar biasa.<br />
Tatkala umunya mencapai 18 tahun, dia diperintahkan oleh guru
didiknya dihadapan santri santri kecil dan agar menyuruh mereka
menghapalkan beberapa matan kitab.<br />
Ketika Fakultas Syariah Riyadh dibuka, beberapa orang gurunya
menyarankan dia mengikuti kuliah. Dia mengikutinya, dan dengan demikian
dia, termasuk angakatan pertama yang dihasilkan oleh fakultas tersebut
pada tahun 1377 H. Kemudian, dia ditunjuk menjadi tenaga pengajar di
Fakultas Syariah di kota itu.<br />
Pada akhir hayatnya, dia pindah mengajar di fakultas yang sama di
Al-Qashim, dan lewat tangannya muncullah sekian banyak mahasiswa yang
kelak menjadi hakim, orator, guru, direktur, dan sebagainya.<br />
Pada tiap musim haji, dia tergabung dalam rombongan pada mufti dan
da’i, di samping kesibukannya sebagai pebisnis tanah dan rumah, sehingga
dia bisa memberi nafkah kepada keluarganya dan saudara saudaranya, dan
dapat pula membantu kerabat-kerabatnya yang lain.<br />
Adapun saudara saudaranya yang dulu sering mengejeknya semasa kecil,
kini mereka mendapatkan kebaikan yang melimpah darinya, karena sebagian
mereka, ada yang kebetulan tidak pandai mencari uang.<br />
Betapa banyak karunia dan nikmat yang terkandung pada hal-hal yang
tidak disukai dari diri kita. Akan tetapi, firman Allah yang Maha Agung
tentu lebih tepat,<br />
“Boleh jadi, kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan
boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu.
Allah yang paling mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (QS.
Al-Baqarah:216)<br />
***<br />
Sumber: muslimah.or.id<br />
Disalin dari buku berjudul “Obat Penawar Hati yang Sedih“, karya
Sulaiman bin Muhammad bin Abdullah Al-’Utsaimin. Penerbit: Darus Sunnah.</div>
<div>
<div align="justify">
Artikel: <a href="http://www.kisahislam.net/" rel="nofollow nofollow" target="_blank">www.kisahislam.net</a></div>
Facebook Fans Page: <a data-hovercard="/ajax/hovercard/page.php?id=173123666064152" href="http://www.facebook.com/KisahTeladanSejarahIslam">Kisah Teladan & Sejarah Islam</a><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhreUWdKRezSCZIDR2vvJe04q8fM_2YtZVXX99oUR4PnILiveLElVmO5l58IUXYU59V76qlOx3QhOJkznqnhhK8JkltDZ7At-XM3jYAMRz4OAft7WXGgjNqd9PyNozs4WaQ8AtjcCDoKNLb/s1600/images.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhreUWdKRezSCZIDR2vvJe04q8fM_2YtZVXX99oUR4PnILiveLElVmO5l58IUXYU59V76qlOx3QhOJkznqnhhK8JkltDZ7At-XM3jYAMRz4OAft7WXGgjNqd9PyNozs4WaQ8AtjcCDoKNLb/s1600/images.jpg" /></a></div>
Silahkan di Share, Copas, Dan Lain-Lain, Dengan Tetap Mencantumkan Sumbernya.<br />
</div>
salman Alfarizihttp://www.blogger.com/profile/13607126945388373762noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7446172201529609183.post-75803874498115775272012-09-19T01:20:00.000-07:002012-09-19T01:20:04.168-07:00Aroma Kasturi Keluar Dari Hidung Jenazah Wanita Saat DimandikanUmmu Ahmad ad-Du’aijy berkata ketika ia ditemui <em>Majalah Yamamah</em>
tentang kematian seorang gadis berusia 20 tahun pada kecelakaan
kendaraan. Beberapa saat sebelum meninggal, ia pernah ditanya oleh
familinya “Bagaimana keadaanmu wahai fulanah.?” Ia menjawab, “Baik, <em>alhamdulillah</em>.” Tetapi beberapa saat setelah itu ia meninggal dunia. Semoga Allah merahmatinya.<br />
Mereka membawanya ke tempat memandikan mayat. Ketika kami meletakkan
mayatnya di atas kayu pemandian untuk dimandikan, kami melihat wajahnya
ceria dan tersimpul senyuman seakan-akan ia sedang tidur. Di tubuhnya
tidak ada cacat, patah dan luka. Dan anehnya (sebagaimana yang dikatakan
ummu Ahmad) ketika mereka hendak mengangkatnya untuk menyelesaikan
mandinya, keluar benda berwarna putih yang memenuhi ruangan tersebut
menjadi harum kasturi. <em>Subhanallah</em>! Benar ini adalah bau
kasturi. Kami bertakbir dan berdzikir kepada Allah sehingga anakku yang
merupakan sahabat si mayit menangis melihatnya.<br />
Kemudian aku bertanya kepada bibi si mayit tentang keponakannya,
bagaimana keadaannya semasa hidup? Ia menjawab, “Sejak mendekati usia
baligh, ia tidak pernah meninggalkan sebuah kewajiban, tidak pernah
melihat film, sinetron dan musik. Sejak usia tiga belas tahun, ia sudah
mulai puasa senin-kamis dan ia pernah berniat secara sosial membantu
memandikan mayat. Tetapi ia terlebih dahulu dimandikan sebelum ia
memandikan orang lain. Para guru dan teman-temannya mengenang
ketakwaannya, akhlaknya dan pergaulannya yang banyak berpengaruh
terhadap teman-temannya baik ketika masih hidup maupun setelah
meninggal.”<br />
Aku katakan,<br />
“Benarlah perkataan syair, <em><br />
Detak jantung seseorang berkata kepadanya, </em> <em><br />
bahwa kehidupan hanya beberapa menit dan detik saja. </em> <em><br />
Camkanlah itu dalam dirimu sebelum engkau mati,<br />
</em> <em>Seorang insan mengingat umurnya yang hanya sedetik.”</em><br />
Dan perkataan yang lebih baik dari itu adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’a, <em>“Dan Allah telah menjadikanku selalu berbakti di manapun aku berada.” </em>(Maryam: 31).<br />
Lalu ummu Ahmad melanjutkan ceritanya, Ada lagi jenazah seorang gadis
yang berumur 17 tahun. Para wanita memandikannya dan kami melihat
jasadnya berwarna putih lalu beberapa saat kemudian berubah menjadi
hitam seperti kegelapan malam. Hanya Allah-lah yang mengetahui tentang
keadaannya. Kami tidak sanggup bertanya kepada keluarganya, agar kami
dapat menyembunyikan aib jenazah. Hanya Allah-lah yang Maha Tahu.<br />
Kita bermohon kepada Allah keselamatan dan kesehatan.<br />
Wahai saudariku apakah dua kisah ini dapat engkau jadikan sebagai
pelajaran? Apakah engkau akan mengikuti jejak orang shalih ataukah
engkau menjadikan wanita-wanita fasik dan durhaka sebagai tauladan?
Kematian bagaimanakah yang engkau pilih?<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgV5kDl2SgTOvSYywDrTh9crVIwBC-0BSzR7QaIXiBEQLgNLPMRKSpQeSwRDlpRTPeU1_6DgRicw9ZYWY5pAWsvX0dfe-p2Skx6G8V4Qc4in9NJKYbCswAQ7_doKozna52wEVFakr5YDwGy/s1600/images.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgV5kDl2SgTOvSYywDrTh9crVIwBC-0BSzR7QaIXiBEQLgNLPMRKSpQeSwRDlpRTPeU1_6DgRicw9ZYWY5pAWsvX0dfe-p2Skx6G8V4Qc4in9NJKYbCswAQ7_doKozna52wEVFakr5YDwGy/s1600/images.jpg" /></a></div>
<br />
Kisah ini dicantumkan dalam <em>Majalah al-Yamamah</em> edisi 1557 tanggal 14 Shafar 1320 H.<br />
Sumber: Serial Kisah Teladan karya Muhammad bin Shalih al-Qahthansalman Alfarizihttp://www.blogger.com/profile/13607126945388373762noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7446172201529609183.post-22134815712210552652012-09-19T00:08:00.001-07:002012-09-19T00:08:05.542-07:00 Istri Al-Qadhi Syuraih Yang Menyejukkan HatiSebaris kisah ini dapat menjadi inspirasi bagi seorang istri yang
ingin menjadi perhiasan terindah dunia dan bidadarinya akhirat yaitu
wanita shalihah. Semoga melalui kisah ini dapat menjadi inspirasi bagi
seseorang yang mendambakan keluarga sakinah mawadah wa rahmah yang
diridhai oleh Allah <em>‘Azza wa jalla </em>
<br />
Ia menceritakan pengalamannya: “Ketika aku menikahi Zainab binti
Hudair aku berkata dalam hati: Aku telah menikah dengan seorang wanita
Arab yang paling keras dan paling kaku tabiatnya. Aku teringat tabiat
wanita-wanita bani Tamim dan kerasnya hati mereka. Aku berkeinginan
untuk menceraikannya. Kemudian aku berkata (dalam hati): “Aku pergauli
dulu (yaitu menikah dan berhubungan dengannya), jika aku dapati apa yang
aku suka, aku tahan ia. Dan jika tidak, aku ceraikan ia.”<br />
Kemudian datanglah wanita-wanita bani Tamim mengantarkannya. Dan
setelah ditempatkan dalam rumah, aku berkata: “Wahai fulanah,
sesungguhnya menurut sunnah apabila seorang wanita masuk menemui
suaminya hendaklah si suami shalat dua rakaat dan si istri juga shalat
dua rakaat.”<br />
Akupun bangkit mengerjakan shalat kemudian aku menoleh ke belakang
ternyata ia ikut shalat di belakangku. Seusai shalat para budak-budak
wanita pengiringnya datang dan mengambil pakaianku dan memakaikan padaku
pakaian tidur yang telah dicelup dengan za’faran.<br />
Dan tatkala rumah sudah kosong, aku mendekatinya dan aku ulurkan tanganku kepadanya. Ia berkata: “Tahan dulu (sabar dulu).”<br />
Aku berkata dalam hati: “Satu malapetaka telah menimpa diriku.” (yakni musibah telah menimpa dirinya)<br />
Lalu ia memuji Allah kemudian memanjatkan shalawat atas Nabi r lalu
berkata: “Aku adalah seorang wanita Arab. Demi Allah, aku tidak pernah
melangkah kecuali kepada perkara yang diridhai Allah. Dan engkau adalah
lelaki asing, aku tidak mengenali perilakumu (yakni aku belum mengenal
tabiatmu).<br />
Beritahulah kepadaku apa saja yang engkau suka hingga aku akan
melakukannya dan apa saja yang engkau benci hingga aku bisa
menghindarinya.”<br />
Aku berkata kepadanya: “Aku suka begini dan begini (Syuraih
menyebutkan satu persatu perkataan, perbuatan, makanan dan segala
sesuatu yang disukainya) dan aku benci begini dan begini (Syuraih
menyebutkan semua perkara yang ia benci).”<br />
Ia berkata lagi: “Beritahukan kepadaku siapa saja anggota keluargaku yang engkau suka bila ia mengunjungimu?”<br />
Aku (Syuraih) berkata: “Aku adalah seorang qadhi, aku tidak suka mereka (anggota keluargamu) membuatku bosan.”<br />
Maka akupun melewati malam yang paling indah, dan aku tidur tiga
malam bersamanya. Kemudian aku keluar menuju majelis qadha’, dan aku
tidak melewati satu hari melainkan hari itu lebih baik daripada hari
sebelumnya.<br />
Tibalah waktu kunjungan mertua.<br />
Yaitu genap satu tahun (setelah berumah tangga).<br />
Aku masuk ke dalam rumahku. Aku dapati seorang wanita tua sedang menyuruh dan melarang.<br />
Aku bertanya: “Hai Zainab, siapakah wanita ini?”<br />
Istriku menjawab: “Ia adalah ibuku.”<br />
“Marhaban”, sahutku.<br />
Ia (ibu mertua) berkata: “Bagaimana keadaanmu hai Abu Umayyah?”<br />
“<em>Alhamdulillah</em> baik-baik saja”, jawabku.<br />
“Bagaimana keadaan istrimu?” Tanyanya.<br />
Aku menjawab: “Istri yang paling baik dan teman yang paling cocok. Ia
mendidik dengan baik dan membimbing adab dengan baik pula.”<br />
Ia berkata: “Sesungguhnya seorang wanita tidak akan terlihat dalam
kondisi yang paling buruk tabiatnya kecuali pada dua keadaan: Apabila
sudah punya kedudukan di sisi suaminya dan apabila telah melahirkan
anak. Apabila engkau melihat sesuatu yang tak mengenakkan padanya pukul
saja. Karena, tidaklah kaum lelaki memperoleh sesuatu yang lebih buruk
dalam rumahnya selain wanita <em>warhaa’</em> (yaitu wanita yang tidak punya kepandaian dalam melakukan tugasnya).<br />
Syuraih berkata: “Ibu mertuaku datang setiap tahun sekali kemudian ia
pergi sesudah bertanya kepadaku tentang apa yang engkau sukai dari
kunjungan keluarga istrimu ke rumahmu?”<br />
Aku menjawab pertanyaannya: “Sekehendak mereka!” Yaitu sesuka mereka saja.<br />
Aku hidup bersamanya selama dua puluh tahun, aku tidak pernah sekalipun mencelanya dan aku tidak pernah marah terhadapnya.”<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhGDiz_cg8hY2tuN2fmwE6nmAR_gQ9h00DzAMj7jFMzx5G0Kut8QdGLKeoh83ZKsqk-8wD9HPxWyV7g-nYP0SSSWTfYvyhOK8f97ZI6vVcnI-jYVLXD6UA2vQ-IzuhyYClVtWgasOJ8kiIH/s1600/menyejukkan+hati.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhGDiz_cg8hY2tuN2fmwE6nmAR_gQ9h00DzAMj7jFMzx5G0Kut8QdGLKeoh83ZKsqk-8wD9HPxWyV7g-nYP0SSSWTfYvyhOK8f97ZI6vVcnI-jYVLXD6UA2vQ-IzuhyYClVtWgasOJ8kiIH/s320/menyejukkan+hati.jpg" width="320" /></a></div>
<br />
<strong>Dikutip dari buku,” Agar Suami Cemburu Padamu”</strong>salman Alfarizihttp://www.blogger.com/profile/13607126945388373762noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7446172201529609183.post-58942310515423517602012-09-18T23:57:00.001-07:002012-09-18T23:59:36.926-07:00Kesabaran Abdullah Bin KhudzafahApabila manusia melihat keadaan Abdullah bin Hudzafah bin Qais <i>radhiyallahu ‘anhu</i>
ketika Raja Romawi hendak menghalanginya dari agamanya, niscaya mereka
kan melihat kedudukan yang mulia dan laki-laki yang agung.
<br />
Umar bin Khattab <i>radhiayallahu ‘anhu</i> memberangkatkan
tentaranya menuju Romawi. Kemudian tentara Romawi berhasil menawan
Abdullah bin Hudzafah dan membawanya pulang ke negeri mereka. Kemudian
mereka berkata: “Sesungguhnya ia adalah salah seorang sahabat Muhammad.”
Raja Romawi berkata: “Apakah kamu mau memeluk agama Nashrani dan aku
hadiahkan kepadamu setengah dari kerajaanku?” Abdullah bin Hudzafah
menjawab: “Seandainya engkau serahkan seluruh kerajaanmu dan seluruh
kerajaan Arab, aku tidak akan meninggalkan agama Muhammad <i>shalallahu ‘alaihi wasalam</i> sekejap mata pun.” Raja Romawi berkata: “Kalau begitu, aku akan membunuhmu.” Ia menjawab: “Silahkan saja!”<span id="more-172"></span><br />
Maka Raja memerintahkan prajuritnya untuk menyalibnya dan berseru
kepada pasukan pemanah: “Panahlah ia, arahkan sasarannya pada
tempat-tempat yang terdekat dengan badannya.” Sementara dia tetap
berpaling, enggan, dan tidak takut. Maka raja Romawi pun menurunkannya
dari tiang salib. Dia perintahkan kepada pengawalnya untuk menyiapkan
belanga (<i>kuali</i>) yang diisi dengan air dan direbus hingga
mendidih. Kemudian ia perintahkan untuk memanggil tawanan-tawanan dari
kaum muslimin. Kemudian ia lemparkan salah seorang dari mereka ke dalam
belanga tadi hingga tinggal tulang belulangnya. Namun Abdullah bin
Hudzafah tetap berpaling dan enggan untuk masuk agama Nashrani. Kemudian
Raja memerintahkan pengawalnya untuk melemparkan Abdullah bin Hudzafah
ke dalam belanga jika ia tidak mau memeluk agama Nashrani. Ketika mereka
hendak melemparkannya beliau menangis. Kemudian mereka melapor kepada
Raja: “Sesungguhnya dia menangis.” Raja mengira bahwasanya beliau takut,
maka ia berkata: “Bawa dia kemari!” Lalu berkata: “Mengapa engkau
menangis?” Jawabnya : “Aku menangisi nyawaku yang hanya satu yang jika
engkau lemparkan ke dalamnya maka akan segera pergi. Aku berharap
seandainya nyawaku sebanyak rambut yang ada di kepalaku kemudian engkau
lemparkan satu per satu ke dalam api karena Allah.” Maka Raja tersebut
heran dengan jawabannya. Kemudian ia berkata : “Apakah engkau mau
mencium keningku, kemudian akan kubebaskan engkau?” Abdullah menjawab :
“Beserta seluruh tawanan kaum muslimin ?” Ia menjawab: “Ya.” Maka ia pun
mencium kening raja tersebut dan bebaslah ia beserta seluruh tawanan
kaum Muslimin. Para tawanan menceritakan kejadian ini kepada Umar bin
Khattab. Maka berkatalah Umar: “Wajib bagi setiap muslim untuk mencium
kening Abdullah bin Hudzafah. Aku yang akan memulainya.” Kemudian Umar
mencium keningnya.<a href="http://an-naba.com/kesabaran-abdullah-bin-hudzafah/#_ftn1">1</a><br />
Ini adalah kedudukan yang agung lagi mulia karena Abdullah bin
Hudzafah tetap teguh memegang agamanya dan tidak menerima agama
selainnya walaupun ia diiming-imingi dengan kerajaan Kisra dan yang
semisalnya untuk diberikan kepadanya dan seluruh kerajaan Arab. Kemudian
ia tetap membenarkan atas Allah tidak takut terhadap para pemanah yang
hendak memanahnya dalam keadaan tubuh sedang disalib. Ia juga tidak
takut terhadap belanga yang berisi air yang mendidih ketika ia melihat
salah seorang tawanan dilemparkan ke dalamnya hingga nampak tulang
belulangnya. Bersamaan dengan itu ia berharap jika nyawanya sejumlah
rambut di kepalanya yang disiksa di jalan Allah karena Allah semata.
Maka ketika ia melihat kemashlahatan umum yaitu dibebaskannnya para
tawanan, ia pun mau untuk mencium kening raja tersebut. Hal ini adalah
merupakan suatu kebijakan yang amat agung. Maka Allah pun ridha terhadap
Abdullah bin Hudzafah dan iapun ridha kepadaNya.<br />
<br />
<div>
Foot Note:<br />
[1] Lihat: Siyaru A’lami An Nubalaa’, Adz Dzahabi, 2/14 ; dan Al Ishabah fi Tamyizi As Shahabah 2/269.</div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbcJ7VYo0dvldK2aYUx8gVN_-7p7GUQquApqshWreci_ExSeewLHec2g3dbsE5-zyAo2XguyrebGynzXTqcCv2DGWLJFUMEn6U7KSynB5X_5uQDLIT7CP-tjF0_7z5bE9mpCu_4U5ZLvOp/s1600/images.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbcJ7VYo0dvldK2aYUx8gVN_-7p7GUQquApqshWreci_ExSeewLHec2g3dbsE5-zyAo2XguyrebGynzXTqcCv2DGWLJFUMEn6U7KSynB5X_5uQDLIT7CP-tjF0_7z5bE9mpCu_4U5ZLvOp/s1600/images.jpg" /></a></div>
Dikutip dari: <a href="http://an-naba.com/kesabaran-abdullah-bin-hudzafah/">“Indahnya Kesabaran” penulis: Said bin Ali Wahf al-Qahthany, Pustaka At-Tibyan, Solo</a>salman Alfarizihttp://www.blogger.com/profile/13607126945388373762noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7446172201529609183.post-3404598747942601332012-09-18T23:51:00.001-07:002012-09-19T00:02:41.533-07:00Di Depan Singa, Masih Memikirkan Perbedaan Pendapat Di Kalangan UlamaAbul Hasan Bunan bin Muhammad bin Hamdan adalah salah seorang ulama
yang dikenal banyak memiliki karomah. Suatu saat karena dia berani
mengingkari Ibnu Thulun, maka dia dihukum dan dicampakkan di depan
singa.<br />
Sang singa pun menciuminya tetapi anehnya dia tidak menerkam Abul
Hasan. Akhirnya, dia pun dibebaskan. Orang-orang merasa heran dengan
kejadian tersebut. Seorang pernah bertanya kepada beliau: “Bagaimana
perasaan Anda tatkala berada di depan singa?”<br />
Beliau menjawab: “Saya tidak cemas sama sekali, bahkan saat itu saya
sedang memikirkan tentang air liur binatang buas serta perbedaan
pendapat di kalangan ulama ahli fiqih, apakah suci ataukah najis!!!”<br />
(<i>al-Bidayah wa Nihayah</i> 12/158 oleh Ibnu Katsir).<br />
<br />
Wallahu a’lam<br />
<div id="wp_fb_like_button" style="float: none; height: 100px; margin: 5px 0;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEghFe3kiKoyN5VJQ32q8k0LuyfVUT4WQaGEFF8B1D-PoO0F0V2FabK4TViTJaMIpmSGONsu6iMlQGWJBVUBwC_c2TdhU5BS289iTWV6QqYEJ9ir4yIcg9KMqE8JqY5j8WnBSUDDw4hsBZH9/s1600/images.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEghFe3kiKoyN5VJQ32q8k0LuyfVUT4WQaGEFF8B1D-PoO0F0V2FabK4TViTJaMIpmSGONsu6iMlQGWJBVUBwC_c2TdhU5BS289iTWV6QqYEJ9ir4yIcg9KMqE8JqY5j8WnBSUDDw4hsBZH9/s1600/images.jpg" /></a></div>
<span style="height: 28px; width: 450px;"><br /></span></div>
salman Alfarizihttp://www.blogger.com/profile/13607126945388373762noreply@blogger.com0